Matahari terbit pagi ini
Mencium bau kencing orok di kaki langit
Melihat kali coklat menjalar ke lautan
Dan mendengar dengung di dalam hutan
Lalu kini ia dua penggalah tingginya
Dan ia menjadi saksi kita berkumpul di sini
memeriksa keadaan
kita bertanya:
"Kenapa maksud baik tidak selalu berguna
Kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga
orang berkata : "Kami ada maksud baik"
dan kita bertanya : "Maksud baik untuk siapa?"
Ya!
Aada yang jaya, ada yang terhina
Ada yang bersenjata, ada yang terluka
Ada yang duduk, ada yang diduduki
Ada yang berlimpah, ada yang terkuras
Dan kita disini bertanya :
"Maksud baik saudara untuk siapa?
Saudara berdiri di pihak yang mana?
Kenapa maksud baik dilakukan
Tetapi makin banyak petani kehilangan tanahnya
tanah–tanah di gunung telah dimiliki orang–orang kota
perkebunan yang luas
Hanya menguntungkan segolongan kecil saja
alat–alat kemajuan yang diimpor
tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya
tentu, kita bertanya :
"Lantas maksud baik saudara untuk siapa?"
Sekarang matahari semakin tinggi
Llalu akan bertahta juga di atas puncak kepala
dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya :
kita ini dididik untuk memihak yang mana?
Ilmu–ilmu diajarkan di sini
akan menjadi alat pembebasan
ataukah alat penindasan?
Sebentar lagi matahari akan tenggelam
malam akan tiba
Cicak–cicak berbunyi di tembok
dan rembulan berlayar
Tetapi pertanyaan kita tidak akan mereda
Akan hidup di dalam mimpi
akan tumbuh di kebon belakang
dan esok hari
Matahari akan terbit kembali
sementara hari baru menjelma
Pertanyaan–pertanyaan kita menjadi hutan
atau masuk ke sungai
menjadi ombak di samodra
Di bawah matahari ini kita bertanya :
"Ada yang menangis, ada yang mendera
ada yang habis, ada yang mengikis
dan maksud baik kita
berdiri di pihak yang mana!"
RENDRA
(Jakarta, 1 desember 1977)
* Sajak ini dipersembahkan kepada para mahasiswa Universitas Indonesia di Jakarta dan dibacakan di dalam salah satu adegan film "Yang Muda Yang bercinta" yang disutradarai oleh Sumandjaya
* Dari kumpulan puisi "Potret Pembangunan Dalam Puisi" (Pustaka Jaya – 1996)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar