Abacadabra kita tiarap
Karena tak ada janji peluru itu bukan untuk kita
Abacadabra kita ngumpet
Karena kata merdeka masih dalam perdebatan
Abacadabra kita masuk liang-liang gelap
Karena tak ada siapa-siapa yang menjamin apa-apa
Abacadabra kita mabuk
Karena setiap ingatan terlalu menusuk
Tuhan, kamu jangan tertawa
Nyawa kami tak hilang, hanya ketlingsut entah dimana
Dengarkan tetap puja keperkasaan-Mu
Dalam kekaguman kami kepada diri kami sendiri
Yang tetap bisa hidup tanpa hak bicara dan peluang untuk berbagi
Tidakkah kamu terharu menyaksikan kepengecutan kami?
Dan mungkinkah kamu mengutuk rasa takut dalam jiwa kami
Sedangkan ketakutan adalah anugerahmu sendiri?
Abacadabra otak kita bercanggih-canggih mengembara
Berebut tema-tema yang tak ada hubungannya dengan apa-apa
Abacadabra kita berjoget
Karena sisa rahmatmyu yang bisa dinikmati hanyalah situasi lupa
Abacadabra kita meniup-niup balon kosong
Abacadabra kita menggelembungkan takhayul agama dan kesenian
Abacadabra kita bercumbu dengan gincu ilmu omong kosong
Abacadabra jangan sampai kita siuman dari kekosongan
Abacadabra apa yang mengganggu ketentraman? Ialah kebenaran
Abacadabra apa yang merusak tatanan? Ialah keadilan
Abacadabra apa puncak kejahatan? Namanya kebebasan
Ainun Nadjib, Emha. 1994 (Cet. Ke-1). Abacadabra Kita Ngumpet…. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya bekerjasama dengan Komunitas Pak Kanjeng. Hal. 3—4.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar