Peringatan tahun baru Islam masih selalu dirayakan oleh masyarakat
kita. Tahun baru hijriyah. Peringatannya terlihat berbeda dengan
peringatan tahun baru Masehi. Bahkan sangat bertolak belakang. Masehi
meniup terompet, Hijriyah melantunkan zikir. Masehi menghabiskan sisa
malam untuk maksiat dan sia-sia, Hijriyah menghabiskan malam dengan
hati yang tunduk dan taubat. Masehi membuang mubazir uang untuk petasan
dan kembang api, Hijriyah mempunyai semangat berbagi terutama dengan
anak yatim.
Kedua peringatan itu memang tidak ada perintah atau
larangannya secara khusus. Tidak ada keistimewaan pada keduanya
sehingga harus melakukan ritual tertentu. Tetapi, kalau harus
menunjukkan sesuatu, perbedaan peringatan itu menunjukkan perbedaan
akar dan semangat.
Akar keduanya jelas berbeda. Masehi berdasarkan hitungan peredaran
matahari, Hijriyah berdasarkan hitungan peredaran bulan. Perbedaan akar
yang paling terlihat adalah Hijriyah merupakan karya para pemikir hebat
di kalangan para shahabat Nabi, yang dipimpin oleh Umar bin Khattab.
Permulaan hitungan tahunnya pun berdasarkan hijrah Rasul mulia Muhammad
shallallahu alaihi wasallam.
Kalender Pra Islam Dan Setelah Islam Datang
Sebelum kedatangan
Islam, orang-orang Arab tidak memiliki kalendar yang khusus untuk
digunakan bersama. Walau bagaimanapun, mereka mengira setahun itu
dengan 12 bulan.
Kalender Masehi |
Adapun masyarakat Arab, Ya'la bin Umayyah adalah orang pertama yang
membuat kalender, dia adalah orang Yaman. Masyarakat Arab kuno
mempunyai beberapa kalender yang berbeda-beda. Mereka tidak bisa satu
dalam menentukan hitungan tahun. Anak-anak Ibrahim membuat hitungan
tanggal dari peristiwa dilemparnya Ibrahim ke dalam api hingga
dibangunnya Ka'bah oleh Ibrahim dan Ismail. Kemudian anak-anak Ismail
membuat hitungan tanggal dari keluarnya Saad, Nahad dan Juhainah,
anak-anak Zaid dari Tuhamah hingga kematian Ka'ab bin Luay. Kemudian
hitungan dilanjutnya dari kematian tersebut hingga peristiwa
penyerangan pasukan gajah Abrahah ke Ka'bah. Kemudian perhitungan
berikutnya banyak yang melihat dari peristiwa pasukan gajah tersebut.
Hingga masa kekhilafahan Umar. Dan Umar pun membuat kalender.
Selepas
datangnya Islam, orang-orang Arab dan Umat Islam tetap dalam keadaan
demikian (tidak ada kalendar yang khusus). Mereka menetapkan suatu
peristiwa, dengan peristiwa-peristiwa yang penting.
peristiwa
hijrah al-Rasul SAW ke Madinah al-Munawwarah, dalam bentuk tidak
diberikan tarikh-tarikh dalam bentuk bilangan dalam setiap tahun,
sebaliknya hanya diberikan nama-nama peristiwa penting yang berlaku di
dalamnya, maka 10 tahun selepas hijrahnya Nabi saw ke Madinah
sehinggalah kewafatan baginda diberikan nama-nama seperti berikut :
01. Tahun pertama (hijrah) dikenali sebagai al-Izn (الإذن)
02. Tahun kedua (hijrah) dikenali sebagai al-Amr (الأمر)
03. Tahun ketiga dikenali sebagai al-Tamhish (التمحيص)
04. Tahun keempat dikenali sebagai al-Turfiah (الترفئة)
05. Tahun kelima dikenali sebagai al-Zalzal (الزلزال)
06. Tahun keenam dikenali sebagai al-Isti’nas (الاستئناس)
07. Tahun ketujuh sebagai al-Istighlab (الاستغلاب)
08. Tahun kelapan sebagai al-Istiwa’ (الاستواء)
09. Tahun kesembilan sebagai al-Bara-ah (البراءة)
10. Tahun kesepuluh sebagai al-Wada’ (الوداع)
Pemerintahan Sayyidina Umar bin Khattab
Pada waktu sahabat Umar bin Khattab menjadi kepala Negara di Madinah, banyak Negara-negara yang takluk dengan Madinah seperti :
* Negara Mesir
* Negara Irak atau Mesopotamia
* Negara Yaman
* Negara Bahrain
* Negara Persi atau Iran
* Negara Palestina
* Negara Syiria
* Negara Turki
Sebelum
Negara-negara seperti Syiria, Turki, Mesir dan Palestina masuk wilayah
Madinah, Negara-negara tersebut masuk wilayah Negara Rumawi yang
Kristen. Negara-negara seperti Kuffah, Baghdad , Basroh di Irak masuk
wilayah Negara Persi.
Setelah Sahabat Umar bin Khattab r.a.
menjadi kepala Negara Madinah selama 10 tahun beberapa Negara tersebut
di atas dikuasai dan pusat pemerintahannya berada di Madinatul
Munawaroh. kemudian mengangkat beberapa Gubernur yaitu antara lain :
* Sahabat Muawiyyah diangkat menjadi Gubernur di Syiria, termasuk wilayahnya adalah Yordania.
* Sahabat Amru bin Ash diangkat menjadi Gubernur Mesir.
* Sahabat Musa Al As’ari diangkat menjadi Gubernur Kuffah.
* Sahabat Mu’adz bin Jabal diangkat menjadi Gubernur Yaman.
* Sahabat Abu Hurairah diangkat menjadi Gubernur Bahrain.
Ibu
Kota Negara sebagai pusat kendali pemerintahan dibawah seorang Kepala
Negara yang disebut Amirul Mukminin adalah di Madinah dibawah pimpinan
Sahabat Umar Bin Khathab.
Pembuatan Kalender Hijriyah
Pembuatan
kalender Islam Hijriyah dilakukan di masa kekhilafahan Umar bin
Khattab. Ada beberapa penyebab pembuatan kalender hijriyah.
Penyebab pertama,
adalah bermula dari surat Abu Musa al-Asy'ari kepada Umar. Dalam
suratnya itu dia menulis: Surat-surat dari Anda datang kepada kami
tanpa tanggal.
Penyebab kedua, Umar sendiri
pernah merasakan masalah dari ketiadaan tanggal pada surat-surat yang
masuk. Suatu saat ada surat penting kepada Umar dan hanya tertulis pada
surat tersebut Bulan Sya'ban. Umar bingung dan bertanya: "Apakah ini
Sya'ban yang akan datang atau Sya'ban yang sekarang?"
Penyebab ketiga,
seseorang meminta kepada Umar: "Buatkan kalender!"
Umar bertanya: "Apa itu?"
Orang itu menjawab: "Seperti yang dilakukan oleh masyarakat lain untuk mengetahui ini bulan apa dan tahun berapa,"
Umar bertanya: "Apa itu?"
Orang itu menjawab: "Seperti yang dilakukan oleh masyarakat lain untuk mengetahui ini bulan apa dan tahun berapa,"
Kemudian Sahabat Umar r.a memberikan instruksi : "Buatkan kalender!"
Rapat
digelar. Dikumpulkan beberapa sahabat Nabi yang merupakan ahli syuro
(orang yang dapat di percaya untuk bermusyawarah) untuk membicarakan
pembuatannya.
Pembahasan pertama tentang hitungan untuk tahun pertama, dimulai dari peristiwa apa.
Ada
beberapa usulan. Ada yang mengusulkan agar perhitungan tahunnya ikut
masyarakat Romawi yang telah menghitung tahun mereka dimulai dari
sejarah Dzul Qornain. Usulan ini ditolak rapat dengan alasan di
antaranya adalah terlalu panjang.
Usulan berikutnya ikut
masyarakat Persia. Usulan ini juga ditolak dengan alasan bahwa setiap
ganti pemimpin, maka dia mengganti hitungan tahun sesuai kehendaknya
sendiri dan membuang hitungan tahun yang telah ada sebelumnya.
Rapat
akhirnya memutuskan untuk memulai hitungan tahun dari sejarah
Rasulullah sendiri. Dari sekitar 23 tahun perjuangan Rasulullah, ada
yang mengusulkan beberapa hal. Diantaranya ada yang mengusulkan agar
dimulai dari diutusnya Nabi pertama kali. Tetapi akhirnya rapat para
sahabat memutuskan untuk memulai tahun pertama dari hijrah Rasulullah.
Berikut
alasan Umar: Karena hijrah beliau adalah merupakan pemisah antara yang
haq dan bathil. Menurut riwayat lain, Ali bin Abi Thalib adalah orang
yang usul agar penanggalan dimulai dari hijrah Rasul. Alasan Ali
adalah: Itu merupakan peristiwa meninggalkan negeri kemusyrikan.
Pembahasan kedua dalam rapat itu adalah bulan untuk memulai tahun yang dimulai dari hijrah Nabi.
Berbagai usulan disampaikan. Ada yang mengusulkan agar tahun Islam
dimulai dari Bulan Ramadhan, sebagai bulan suci dan bulan ibadah.
Tetapi akhirnya kesepakatan didapat untuk memulai tahun dengan Bulan
Muharram. Alasannya adalah: Muharram merupakan bulan selesainya
masyarakat melaksanakan ibadah haji mereka dan ini adalah bulan haram
(mulia).
Tanggal 1 Muharam Tahun 1 Hijriah bertepatan dengan
tanggal 16 Juli 622 M, dan tanggal ini bukan berarti tanggal hijrahnya
Nabi Muhammad. Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad yaitu keluar dari kota
Mekkah pada hari kamis akhir bulan Shafar, dan keluar dari tempat
persembunyiannya di Gua Tsur pada tanggal 2 Rabi’ul Awwal (20 September
622 M) untuk menuju ke Madinah. Dan menurut al-Mas’udi, Rasulullah
memasuki Madinah tepat pada malam hari 12 Rabi’ul Awwal, 30 September
622 M. Dokumen tertua yang menggunakan sistem Kalender Hijriah
adalah papirus di Mesir pada tahun 22 H.
Kalender Hijriyah terdiri dari 12 bulan:
01. Muharram
02. Safar
03. Rabiul awal
04. Rabiul akhir
05. Jumadil awal
06. Jumadil akhir
07. Rajab
08. Sya'ban
09. Ramadhan
10. Syawal
11. Dzulkaidah
12. Dzulhijjah
01. Muharram
02. Safar
03. Rabiul awal
04. Rabiul akhir
05. Jumadil awal
06. Jumadil akhir
07. Rajab
08. Sya'ban
09. Ramadhan
10. Syawal
11. Dzulkaidah
12. Dzulhijjah
Kemudian
kalender Islam tersebut dinamakan Tahun Hijriyah. Jadi adanya
ditetapkan tahun Hijriyah itu dimulai dari Sayyidina Umar bin Khathab
menjabat Kepala Negara setelah 5 tahun. Dan tahun Hijriyah mulai
diberlakukan bertepatan dengan tahun 640 M. Setelah tahun Hijriyah
berjalan 5 tahun kemudian Sahabat Umar Bin Khathab wafat.
Rotasi bulan
Bila tahun masehi terdapat sekitar 365-366 hari dalam setahun, tahun hijriyah hanya berjumlah sekitar 354-355 hari. Menurut Izzudin, perbedaan ini disebabkan adanya konsistensi penghitungan hari dalam kalender hijriyah.
"Rata-rata, jumlah hari dalam tahun hijriyah antara 29-30 hari. Sedangkan, tahun masehi berjumlah 28-31 hari. Inilah yang membedakan jumlah hari antara tahun masehi dan tahun hijriyah," jelas anggota Badan Hisab dan Rukyah PWNU Jawa Tengah ini.
Pada sistem kalender hijriyah, sebuah hari atau tanggal dimulai ketika terbenamnya matahari di tempat tersebut. Kalender hijriyah dibangun berdasarkan rata-rata silkus sinodik bulan yang memiliki 12 bulan dalam setahun. Dengan menggunakan siklus sinodik bulan, bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari = 354,36708 hari). Hal inilah yang menjelaskan hitungan satu tahun kalender hijriyah lebih pendek sekitar 11 hari dibanding dengan penghitungan satu tahun dalam kalender masehi.
Faktanya, siklus sinodik bulan bervariasi. Jumlah hari dalam satu bulan dalam kalender hijriyah bergantung pada posisi bulan, bumi, dan matahari. Usia bulan yang mencapai 30 hari bersesuaian dengan terjadinya bulan baru (new moon) di titik apooge, yaitu jarak terjauh antara bulan dan bumi; kemudian pada saat yang bersamaan, bumi berada pada jarak terdekatnya dengan matahari (perihelion).
Sementara itu, satu bulan yang berlangsung 29 hari bertepatan dengan saat terjadinya bulan baru di perige (jarak terdekat bulan dengan bumi) dan bumi berada di titik terjauhnya dari matahari (aphelion). Dari sini, terlihat bahwa usia bulan tidak tetap, melainkan berubah-ubah (antara 29 hingga 30 hari) sesuai dengan kedudukan ketiga benda langit tersebut (bulan, bumi, dan matahari).
Penentuan awal bulan ditandai dengan munculnya penampakan bulan sabit pertama kali (hilal) setelah bulan baru (konjungsi atau ijtimak). Pada fase ini, bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya matahari sehingga posisi hilal berada di ufuk barat.
Jika hilal tidak dapat terlihat pada hari ke-29, jumlah hari pada bulan tersebut dibulatkan menjadi 30 hari. Tidak ada aturan khusus bulan-bulan mana saja yang memiliki 29 hari dan mana yang memiliki 30 hari. Semuanya tergantung pada penampakan hilal.
Bila tahun masehi terdapat sekitar 365-366 hari dalam setahun, tahun hijriyah hanya berjumlah sekitar 354-355 hari. Menurut Izzudin, perbedaan ini disebabkan adanya konsistensi penghitungan hari dalam kalender hijriyah.
"Rata-rata, jumlah hari dalam tahun hijriyah antara 29-30 hari. Sedangkan, tahun masehi berjumlah 28-31 hari. Inilah yang membedakan jumlah hari antara tahun masehi dan tahun hijriyah," jelas anggota Badan Hisab dan Rukyah PWNU Jawa Tengah ini.
Pada sistem kalender hijriyah, sebuah hari atau tanggal dimulai ketika terbenamnya matahari di tempat tersebut. Kalender hijriyah dibangun berdasarkan rata-rata silkus sinodik bulan yang memiliki 12 bulan dalam setahun. Dengan menggunakan siklus sinodik bulan, bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari = 354,36708 hari). Hal inilah yang menjelaskan hitungan satu tahun kalender hijriyah lebih pendek sekitar 11 hari dibanding dengan penghitungan satu tahun dalam kalender masehi.
Faktanya, siklus sinodik bulan bervariasi. Jumlah hari dalam satu bulan dalam kalender hijriyah bergantung pada posisi bulan, bumi, dan matahari. Usia bulan yang mencapai 30 hari bersesuaian dengan terjadinya bulan baru (new moon) di titik apooge, yaitu jarak terjauh antara bulan dan bumi; kemudian pada saat yang bersamaan, bumi berada pada jarak terdekatnya dengan matahari (perihelion).
Sementara itu, satu bulan yang berlangsung 29 hari bertepatan dengan saat terjadinya bulan baru di perige (jarak terdekat bulan dengan bumi) dan bumi berada di titik terjauhnya dari matahari (aphelion). Dari sini, terlihat bahwa usia bulan tidak tetap, melainkan berubah-ubah (antara 29 hingga 30 hari) sesuai dengan kedudukan ketiga benda langit tersebut (bulan, bumi, dan matahari).
Penentuan awal bulan ditandai dengan munculnya penampakan bulan sabit pertama kali (hilal) setelah bulan baru (konjungsi atau ijtimak). Pada fase ini, bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya matahari sehingga posisi hilal berada di ufuk barat.
Jika hilal tidak dapat terlihat pada hari ke-29, jumlah hari pada bulan tersebut dibulatkan menjadi 30 hari. Tidak ada aturan khusus bulan-bulan mana saja yang memiliki 29 hari dan mana yang memiliki 30 hari. Semuanya tergantung pada penampakan hilal.
Dari berbagai sumber.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar