Peringatan tahun baru Islam masih selalu dirayakan oleh masyarakat kita. Tahun baru hijriyah. Peringatannya terlihat berbeda dengan peringatan tahun baru Masehi. Bahkan sangat bertolak belakang. Masehi meniup terompet, Hijriyah melantunkan zikir. Masehi menghabiskan sisa malam untuk maksiat dan sia-sia, Hijriyah menghabiskan malam dengan hati yang tunduk dan taubat. Masehi membuang mubazir uang untuk petasan dan kembang api, Hijriyah mempunyai semangat berbagi terutama dengan anak yatim.
Kedua peringatan itu memang tidak ada perintah atau larangannya secara khusus. Tidak ada keistimewaan pada keduanya sehingga harus melakukan ritual tertentu. Tetapi, kalau harus menunjukkan sesuatu, perbedaan peringatan itu menunjukkan perbedaan akar dan semangat.
Akar keduanya jelas berbeda. Masehi berdasarkan hitungan peredaran matahari, Hijriyah berdasarkan hitungan peredaran bulan. Perbedaan akar yang paling terlihat adalah Hijriyah merupakan karya para pemikir hebat di kalangan para shahabat Nabi, yang dipimpin oleh Umar bin Khattab. Permulaan hitungan tahunnya pun berdasarkan hijrah Rasul mulia Muhammad shallallahu alaihi wasallam.



Kalender Pra Islam Dan Setelah Islam Datang

Sebelum kedatangan Islam, orang-orang Arab tidak memiliki kalendar yang khusus untuk digunakan bersama. Walau bagaimanapun, mereka mengira setahun itu dengan 12 bulan.

Kalender Masehi

Adapun masyarakat Arab, Ya'la bin Umayyah adalah orang pertama yang membuat kalender, dia adalah orang Yaman. Masyarakat Arab kuno mempunyai beberapa kalender yang berbeda-beda. Mereka tidak bisa satu dalam menentukan hitungan tahun. Anak-anak Ibrahim membuat hitungan tanggal dari peristiwa dilemparnya Ibrahim ke dalam api hingga dibangunnya Ka'bah oleh Ibrahim dan Ismail. Kemudian anak-anak Ismail membuat hitungan tanggal dari keluarnya Saad, Nahad dan Juhainah, anak-anak Zaid dari Tuhamah hingga kematian Ka'ab bin Luay. Kemudian hitungan dilanjutnya dari kematian tersebut hingga peristiwa penyerangan pasukan gajah Abrahah ke Ka'bah. Kemudian perhitungan berikutnya banyak yang melihat dari peristiwa pasukan gajah tersebut. Hingga masa kekhilafahan Umar. Dan Umar pun membuat kalender. 
Selepas datangnya Islam, orang-orang Arab dan Umat Islam tetap dalam  keadaan demikian (tidak ada kalendar yang khusus). Mereka menetapkan suatu peristiwa, dengan peristiwa-peristiwa yang penting. 
peristiwa hijrah al-Rasul SAW ke Madinah al-Munawwarah, dalam bentuk tidak diberikan tarikh-tarikh dalam bentuk bilangan dalam setiap tahun, sebaliknya hanya diberikan nama-nama peristiwa penting yang berlaku di dalamnya, maka 10 tahun selepas hijrahnya Nabi saw ke Madinah sehinggalah kewafatan baginda diberikan nama-nama seperti berikut :

01. Tahun pertama (hijrah) dikenali sebagai al-Izn (الإذن)
02. Tahun kedua (hijrah) dikenali sebagai al-Amr (الأمر)
03. Tahun ketiga dikenali sebagai al-Tamhish (التمحيص)
04. Tahun keempat dikenali sebagai al-Turfiah (الترفئة)
05. Tahun kelima dikenali sebagai al-Zalzal (الزلزال)
06. Tahun keenam dikenali sebagai al-Isti’nas (الاستئناس)
07. Tahun ketujuh sebagai al-Istighlab (الاستغلاب)
08. Tahun kelapan sebagai al-Istiwa’ (الاستواء)
09. Tahun kesembilan sebagai al-Bara-ah (البراءة)
10. Tahun kesepuluh sebagai al-Wada’ (الوداع)


Pemerintahan Sayyidina Umar bin Khattab

Pada waktu sahabat Umar bin Khattab menjadi kepala Negara di Madinah, banyak Negara-negara yang takluk dengan Madinah seperti :
* Negara Mesir
* Negara Irak atau Mesopotamia
* Negara Yaman
* Negara Bahrain
* Negara Persi atau Iran
* Negara Palestina
* Negara Syiria
* Negara Turki
Sebelum Negara-negara seperti Syiria, Turki, Mesir dan Palestina masuk wilayah Madinah, Negara-negara tersebut masuk wilayah Negara Rumawi yang Kristen. Negara-negara seperti Kuffah, Baghdad , Basroh di Irak masuk wilayah Negara Persi.
Setelah Sahabat Umar bin Khattab r.a. menjadi kepala Negara Madinah selama 10 tahun beberapa Negara tersebut di atas dikuasai dan pusat pemerintahannya berada di Madinatul Munawaroh. kemudian mengangkat beberapa Gubernur yaitu antara lain :
* Sahabat Muawiyyah diangkat menjadi Gubernur di Syiria, termasuk wilayahnya adalah Yordania.
* Sahabat Amru bin Ash diangkat menjadi Gubernur Mesir.
* Sahabat Musa Al As’ari diangkat menjadi Gubernur Kuffah.
* Sahabat Mu’adz bin Jabal diangkat menjadi Gubernur Yaman.
* Sahabat Abu Hurairah diangkat menjadi Gubernur Bahrain.
Ibu Kota Negara sebagai pusat kendali pemerintahan dibawah seorang Kepala Negara yang disebut Amirul Mukminin adalah di Madinah dibawah pimpinan Sahabat Umar Bin Khathab. 




Pembuatan Kalender Hijriyah

Pembuatan kalender Islam Hijriyah dilakukan di masa kekhilafahan Umar bin Khattab. Ada beberapa penyebab pembuatan kalender hijriyah.
Penyebab pertama, adalah bermula dari surat Abu Musa al-Asy'ari kepada Umar. Dalam suratnya itu dia menulis: Surat-surat dari Anda datang kepada kami tanpa tanggal.
Penyebab kedua, Umar sendiri pernah merasakan masalah dari ketiadaan tanggal pada surat-surat yang masuk. Suatu saat ada surat penting kepada Umar dan hanya tertulis pada surat tersebut Bulan Sya'ban. Umar bingung dan bertanya: "Apakah ini Sya'ban yang akan datang atau Sya'ban yang sekarang?"
Penyebab ketiga, seseorang meminta kepada Umar: "Buatkan kalender!"
Umar bertanya: "Apa itu?"
Orang itu menjawab: "Seperti yang dilakukan oleh masyarakat lain untuk mengetahui ini bulan apa dan tahun berapa,"
Kemudian Sahabat Umar r.a memberikan instruksi : "Buatkan kalender!"
Rapat digelar. Dikumpulkan beberapa sahabat Nabi yang merupakan ahli syuro (orang yang dapat di percaya untuk bermusyawarah) untuk membicarakan pembuatannya.
Pembahasan pertama tentang hitungan untuk tahun pertama, dimulai dari peristiwa apa.
Ada beberapa usulan. Ada yang mengusulkan agar perhitungan tahunnya ikut masyarakat Romawi yang telah menghitung tahun mereka dimulai dari sejarah Dzul Qornain. Usulan ini ditolak rapat dengan alasan di antaranya adalah terlalu panjang.
Usulan berikutnya ikut masyarakat Persia. Usulan ini juga ditolak dengan alasan bahwa setiap ganti pemimpin, maka dia mengganti hitungan tahun sesuai kehendaknya sendiri dan membuang hitungan tahun yang telah ada sebelumnya.
Rapat akhirnya memutuskan untuk memulai hitungan tahun dari sejarah Rasulullah sendiri. Dari sekitar 23 tahun perjuangan Rasulullah, ada yang mengusulkan beberapa hal. Diantaranya ada yang mengusulkan agar dimulai dari diutusnya Nabi pertama kali. Tetapi akhirnya rapat para sahabat memutuskan untuk memulai tahun pertama dari hijrah Rasulullah.
Berikut alasan Umar: Karena hijrah beliau adalah merupakan pemisah antara yang haq dan bathil. Menurut riwayat lain, Ali bin Abi Thalib adalah orang yang usul agar penanggalan dimulai dari hijrah Rasul. Alasan Ali adalah: Itu merupakan peristiwa meninggalkan negeri kemusyrikan.
Pembahasan kedua dalam rapat itu adalah bulan untuk memulai tahun yang dimulai dari hijrah Nabi.
Berbagai usulan disampaikan. Ada yang mengusulkan agar tahun Islam dimulai dari Bulan Ramadhan, sebagai bulan suci dan bulan ibadah. Tetapi akhirnya kesepakatan didapat untuk memulai tahun dengan Bulan Muharram. Alasannya adalah: Muharram merupakan bulan selesainya masyarakat melaksanakan ibadah haji mereka dan ini adalah bulan haram (mulia).
Tanggal 1 Muharam Tahun 1 Hijriah bertepatan dengan tanggal 16 Juli 622 M, dan tanggal ini bukan berarti tanggal hijrahnya Nabi Muhammad. Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad yaitu keluar dari kota Mekkah pada hari kamis akhir bulan Shafar, dan keluar dari tempat persembunyiannya di Gua Tsur pada tanggal 2 Rabi’ul Awwal (20 September 622 M) untuk menuju ke Madinah. Dan menurut al-Mas’udi, Rasulullah memasuki Madinah tepat pada malam hari 12 Rabi’ul Awwal, 30 September 622 M. Dokumen tertua yang menggunakan sistem Kalender Hijriah adalah papirus di Mesir pada tahun 22 H.
Kalender Hijriyah terdiri dari 12 bulan:

01. Muharram
02. Safar
03. Rabiul awal
04. Rabiul akhir
05. Jumadil awal
06. Jumadil akhir
07. Rajab
08. Sya'ban
09. Ramadhan
10. Syawal
11. Dzulkaidah
12. Dzulhijjah

Kemudian kalender Islam tersebut dinamakan Tahun Hijriyah. Jadi adanya ditetapkan tahun Hijriyah itu dimulai dari Sayyidina Umar bin Khathab menjabat Kepala Negara setelah 5 tahun. Dan tahun Hijriyah mulai diberlakukan bertepatan dengan tahun 640 M. Setelah tahun Hijriyah berjalan 5 tahun kemudian Sahabat Umar Bin Khathab wafat.



Rotasi bulan

Bila tahun masehi terdapat sekitar 365-366 hari dalam setahun, tahun hijriyah hanya berjumlah sekitar 354-355 hari. Menurut Izzudin, perbedaan ini disebabkan adanya konsistensi penghitungan hari dalam kalender hijriyah.
"Rata-rata, jumlah hari dalam tahun hijriyah antara 29-30 hari. Sedangkan, tahun masehi berjumlah 28-31 hari. Inilah yang membedakan jumlah hari antara tahun masehi dan tahun hijriyah," jelas anggota Badan Hisab dan Rukyah PWNU Jawa Tengah ini.
Pada sistem kalender hijriyah, sebuah hari atau tanggal dimulai ketika terbenamnya matahari di tempat tersebut. Kalender hijriyah dibangun berdasarkan rata-rata silkus sinodik bulan yang memiliki 12 bulan dalam setahun. Dengan menggunakan siklus sinodik bulan, bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari = 354,36708 hari). Hal inilah yang menjelaskan hitungan satu tahun kalender hijriyah lebih pendek sekitar 11 hari dibanding dengan penghitungan satu tahun dalam kalender masehi.
Faktanya, siklus sinodik bulan bervariasi. Jumlah hari dalam satu bulan dalam kalender hijriyah bergantung pada posisi bulan, bumi, dan matahari. Usia bulan yang mencapai 30 hari bersesuaian dengan terjadinya bulan baru (new moon) di titik apooge, yaitu jarak terjauh antara bulan dan bumi; kemudian pada saat yang bersamaan, bumi berada pada jarak terdekatnya dengan matahari (perihelion).
Sementara itu, satu bulan yang berlangsung 29 hari bertepatan dengan saat terjadinya bulan baru di perige (jarak terdekat bulan dengan bumi) dan bumi berada di titik terjauhnya dari matahari (aphelion). Dari sini, terlihat bahwa usia bulan tidak tetap, melainkan berubah-ubah (antara 29 hingga 30 hari) sesuai dengan kedudukan ketiga benda langit tersebut (bulan, bumi, dan matahari).
Penentuan awal bulan ditandai dengan munculnya penampakan bulan sabit pertama kali (hilal) setelah bulan baru (konjungsi atau ijtimak). Pada fase ini, bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya matahari sehingga posisi hilal berada di ufuk barat.
Jika hilal tidak dapat terlihat pada hari ke-29, jumlah hari pada bulan tersebut dibulatkan menjadi 30 hari. Tidak ada aturan khusus bulan-bulan mana saja yang memiliki 29 hari dan mana yang memiliki 30 hari. Semuanya tergantung pada penampakan hilal.



Dari berbagai sumber.

Pada bulan Juli 1951 sebuah tim yang terdiri dari ahli-ahli Rusia melakukan penelitian terhadap Lembah Kaat. Sepertinya mereka tertarik untuk menemukan sebuah tambang baru di daerah tersebut. Dalam penelitiannya mereka menemukan beberapa potong kayu di daerah tersebut berserakan.

Mereka kemudian mulai menggali tempat tersebut dengan tujuan untuk menemukan sesuatu yang berharga. Tetapi alangkah terkejutnya mereka, ketika menemukan kumpulan potongan-potongan kayu tertimbun di situ. Salah seorang ahli yang ikut serta memperkirakan, setelah meneliti beberapa lapisannya, bahwa kayu-kayu tersebut bukanlah kayu yang biasa, dan menyimpan rahasia yang sangat besar di dalamnya.

Mereka mengekskavasi tempat tersebut dengan penuh keingintahuan. Mereka menemukan cukup banyak potongan-potongan kayu di daerah penggalian tersebut, dan di samping itu mereka juga menemukan hal-hal lain yang sangat menarik. Mereka juga menemukan sepotong kayu panjang yang berbentuk persegi.






Bahtera Nabi Nuh AS, di Puncak Gunung Calff (Judy)

Mereka sangat terkejut setelah mendapati bahwa potongan kayu yang berukuran 14 X 10 inchi tersebut ternyata kondisinya jauh lebih baik dibandingkan potongan-potongan kayu yang lain. Setelah waktu penelitian yang memakan waktu yang cukup lama, hingga akhir tahun 1952, mereka mengambil kesimpulan bahwa potongan kayu tersebut merupakan potongan dari bahtera Nabi Nuh a.s. yang terdampar di puncak Gunung Calff (Judy). Dan potongan (pelat) kayu tersebut, di mana terdapat beberapa ukiran dari huruf kuno, merupakan bagian dari bahtera tersebut.

Setelah terbukti bahwa potongan kayu tersebut merupakan potongan kayu dari bahtera Nabi Nuh a.s., timbullah pertanyaan tentang kalimat apakah yang tertera di potongan kayu tersebut. Sebuah dewan yang terdiri dari kalangan pakar dibentuk oleh Pemerintah Rusia di bawah Departemen Riset mereka untuk mencari tahu makna dari tulisan tersebut. Dewan tersebut memulai kerjanya pada tanggal 27 Februari 1953.


Berikut adalah nama-nama dari anggota dewan tersebut:
1. Prof. Solomon, Universitas Moskow
2. Prof. Ifa Han Kheeno, Lu Lu Han College , China
3. Mr. Mishaou Lu Farug, Pakar fosil
4. Mr. Taumol Goru, Pengajar Cafezud College
5. Prof. De Pakan, Institut Lenin
6. Mr. M. Ahmad Colad, Asosiasi Riset Zitcomen
7. Mayor Cottor, Stalin College

Kemudian ketujuh orang pakar ini setelah menghabiskan waktu selama delapan bulan akhirnya dapat mengambil kesimpulan bahwa bahan kayu tersebut sama dengan bahan kayu yang digunakan untuk membangun bahtera Nabi Nuh a.s, dan bahwa Nabi Nuh a.s. telah meletakkan pelat kayu tersebut di kapalnya demi keselamatan dari bahtera tersebut dan untuk mendapatkan ridho Illahi.

Terletak di tengah-tengah dari pelat tersebut adalah sebuah gambar yang berbentuk telapak tangan dimana juga terukir beberapa kata dari bahasa Saamaani. Mr. N.F. Max, Pakar Bahasa Kuno, dari Manchester, Inggris telah menerjemahkan kalimat yang tertera di pelat tersebut menjadi: “Ya Allah, penolongku! Jagalah tanganku dengan kebaikan dan bimbingan
dari dzat-Mu Yang Suci, yaitu Muhammad, Ali, Fatima, Shabbar dan Shabbir. Karena mereka adalah yang teragung dan termulia. Dunia ini diciptakan untuk mereka maka tolonglah aku demi nama mereka,”



Semuanya sangatlah terkejut setelah mengetahui arti tulisan tersebut. Terutama yang membikin mereka sangatlah bingung adalah kenapa pelat kayu tersebut setelah lewat beberapa abad tetap dalam keadaan utuh dan tidak rusak sedikitpun. Pelat kayu tersebut saat ini masih disimpan dengan rapih di Pusat Penelitian Fosil Moskow di Rusia.

Jika anda sekalian mempunyai waktu untuk mengunjungi Moskow, maka mampirlah di tempat tersebut, karena pelat kayu tersebut akan menguatkan keyakinan anda terhadap kedudukan Rasulullah SAW dan Ahlul Baitnya.


Terjemahan kalimat tersebut telah dipublikasikan antara lain di:

1. Weekly – Mirror, Inggris 28 Desember 1953
2. Star of Britain , London , Manchester 23 Januari 1954
3. Manchester Sunlight, 23 Januari 1954
4. London Weekly Mirror, 1 Februari 1954
5. Bathraf Najaf , Iraq 2 Februari 1954
6. Al-Huda, Kairo 31 Maret 1954
7. Ellia – Light, Knowledge & Truth, Lahore 10 Juli 1969.



Sumber : Klik Disini



Bilal Bin Rabah




Bilal bin Rabah adalah seorang budak yang berasal dari Habasyah (sekarang disebut Ethiopia). Bilal dilahirkan di daerah Sarah kira-kira 34 tahun sebelum hijrah dari seorang ayah yang dikenal dengan panggilan Rabah. Sedangkan ibunya dikenal dengan Hamamah. Hamamah ini adalah seorang budak wanita yang berkulit hitam yang tinggal di Mekkah. Oleh karenanya, sebagian orang memanggilnya dengan nama Ibnu Sauda (Anaknya budak hitam).
Masa kecil Bilal dihabisakan di Mekkah, sebagai putra dari seorang budak, Bilal melewatkan masa kecilnya dengan bekerja keras dan menjadi budak. Sosok Bilal digambarkan sebagai seorang yang berperawakan khas Afrika yakni tinggi, besar dan hitam. Dia menjadi budak dari keluarga bani Abduddar. Kemudian saat ayah mereka meninggal, Bilal diwariskan kepada Umayyah bin Khalaf, seorang yang menjadi tokoh penting kaum kafir.
Bilal termasuk orang yang teguh dengan pendiriannya. Ketika Rasulullah SAW mulai menyampaikan risalahnya kepada penduduk Mekkah, beliau telah lebih dahulu mendengar seruan Rasulullah SAW yang membawa agama Islam, yang menyeru untuk beribadah kepada Allah yang Esa, dan meninggalkan berhala, menggalakkan persamaan antara sesama manusia, memerintahkan kepada akhlak yang mulia, sebagaimana beliau juga selalu mengikuti pembicaraan para pemuka Quraisy seputar Nabi Muhammad SAW.
Beliau mendengar tentang sifat amanah Rasulullah SAW, menepati janji, kegagahannya, kejeniusan akalnya, menyimak ucapan mereka : “Muhammad sama sekali tidak pernah berdusta, beliau bukan ahli sihir, bukan orang gila, dan terakhir beliau juga mendengar pembicaraan mereka tentang sebab-sebab permusuhan mereka terhadap Nabi Muhammad SAW,"
Maka Bilal-pun pergi menghadap Rasulullah SAW untuk mengikrarkan diri masuk Islam karena Allah Tuhan semesta alam, kemudian menyebarlah perihal masuknya Bilal ke dalam agama Islam di seluruh penjuru kota Mekkah, hingga sampai kepada tuannya Umayyah bin Khalaf dan menjadikannya marah sekali sehingga ingin menyiksanya dengan sekeras-kerasnya.
Bilal termasuk golongan orang yang pertama-tama masuk Islam. Masuknya Bilal ke dalam ajaran Islam mengakibatkan penderitaan yang mendalam karena berbagai siksaan yang diterima dari majikannya. Apalagi sang majikan Umayyah bin Khalaf termasuk tokoh penting kaum kafir Quraisy. Siksaan yang diterima Bilal memang cukup berat, hal ini karena Bilal adalah seorang budak yang lemah dan tidak mempunyai kuasa apapun. Berbeda dengan para sahabat Nabi SAW yang lain seperti Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib yang mempunyai keluarga dan siap melindungi menghadapi ulah kaum kafir yang senantiasa mengganggu dan menghalangi kaum muslimin dengan berbagai cara.
Penyiksaan kaum kafir Quraisy terhadap para budak yang mustad’afin memang sangat kejam. Hal ini juga dirasakan oleh Bilal bin Rabah yang diperlakukan secara kejam oleh Umayyah bin Khalaf beserta para algojonya. Bilal dicambuk hingga tubuhnya yang hitam tersebut melepuh. Tetapi dengan segala keteguhan hati dan keyakinannya, dia tetap mempertahankan keimanannya meski harus menahan berbagai siksaan tanpa bisa melawan sedikitpun. Setiap kali dia dicambuk, dia hanya bisa mengeluarkan kata-kata: Ahad, Ahad (Tuhan Yang Esa)”. Tidak hanya sekedar dicambuk, kemudian Umayyah pun menjemur Bilal tanpa pakaian di tengah matahari yang sangat terik dengan menaruh batu yang besar di atas dadanya. Dengan segala kepasrahan, lagi-lagi Bilal pun hanya bisa berkata: “Ahad, Ahad”. Setiap kali menyiksa Bilal, Umayyah selalu mengingatkannya untuk kembali pada ajaran nenek moyang, dan Tuhannya Latta, Uzza, tetapi Bilal tidak pernah menyerah dengan keadaan. Dia tetap kukuh dan terus berkata: “Ahad, Ahad..” setiap kali siksaan itu datang kepadanya. Semakin Bilal teguh dan kuat, semakin keras Umayyah menyiksa Bilal. Bahkan dia mengikatkan sebuah tali besar di leher Bilal lalu menyerahkannya kepada orang-orang bodoh dan anak-anak. Umayyah menyuruh mereka untuk membawa keliling Bilal ke seluruh perkampungan Mekah serta menariknya ke seluruh dataran yang ada di kota tersebut.


Akhirnya Allah mengakhiri siksaan demi siksaan yang dialami oleh Bilal melalui Abu Bakar Ash Shiddiq. Suatu hari, di saat Bilal kembali disiksa oleh majikannya Umayyah, Abu Bakar sedang lewat tidak jauh dari tempat penyiksaannya. Melihat hal tersebut, Abu Bakar bermaksud membeli Bilal dari Umayyah bin Khalaf. Lalu Umayyah pun meninggikan harganya karena ia menduga bahwa Abu Bakar tidak akan mampu untuk membayarnya.
Namun Abu Bakar mampu membayarnya dengan 9 awqiyah dari emas. Umayyah berkata kepada Abu Bakar setelah perjanjian jual-beli ini usai: “Kalau engkau tidak mau mengambil Bilal kecuali dengan 1 awqiyah emas saja, pasti sudah aku jual juga,” Kemudian Abu Bakar menjawab: “Jika engkau tidak mau menjualnya kecuali dengan 100 awqiyah, pasti aku akan tetap membelinya!”
Begitu Abu Bakar As Shiddiq memberitahukan Rasulullah SAW bahwa dia telah membeli Bilal dan menyelamatkannya dari tangan penyiksa, maka Nabi SAW bersabda: “Libatkan aku dalam pembebasannya, wahai Abu Bakar!”
As Shidiq lalu menjawab: “Aku telah membebaskannya, ya Rasulullah..”
Begitulah akhirnya Bilal pun menjadi seorang yang merdeka dan selamat dari siksaan sang majikan. Kebebasannya menjadikan Bilal seorang yang semakin taat mengikuti ajaran agama Allah dan Rasul-Nya. Ketika Rasulullah SAW berhijrah ke Madinah. Bilal pun turut serta berhijrah ke Madinah untuk menjauhi siksaan kaum kafir Quraisy Mekkah. Dia mengabdikan diri sepanjang hidupnya kepada Rasul yang sangat dicintainya. Dia menjadi pengikut Rasul yang setia dan selalu mengikuti setiap peperangan yang terjadi pada masa itu. Bahkan dia melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana akhirnya Abu Jahal dan Umayyah bin Khalaf mantan majikannya tewas di tangan pedang kaum muslimin.
Ketika Rasulullah SAW selesai membangun Masjid Nabawi di Madinah dan menetapkan adzan, maka Bilal bin Rabah ditunjuk sebagai orang pertama yang mengumandangkan adzan (muadzin) dalam sejarah Islam. Bilal pun menjadi Muadzin tetap pada masa Rasulullah SAW. Suaranya yang begitu merdu sangat menggetarkan hati siapapun yang mendengarnya. Rasulullah sangat menyukai suara Bilal. Biasanya, setelah mengumandangkan adzan, Bilal berdiri di depan pintu rumah Rasulullah SAW seraya berseru, “Hayya ‘alashsholaati hayya ‘alashsholaati…(Mari melaksanakan shalat, mari meraih keuntungan….)” Lalu, ketika Rasulullah Saw keluar dari rumah dan Bilal melihat beliau, Bilal segera melantunkan iqamat.
Ketika Rasulullah SAW akan menaklukkan kota Mekkah, Bilal berada di samping beliau. Saat Rasulullah SAW memasuki Ka’bah, Beliau hanya didampingi oleh 3 orang saja, mereka adalah: Utsman bin Thalhah sang pemegang kunci Ka’bah, Usamah bin Zaid orang kesayangan Rasulullah dan anak dari orang kesayangan Beliau, Zaid bin Haristah, serta Bilal bin Rabah, sang muadzin Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah SAW menyuruh Bilal untuk naik di atas ka’bah dan menyerukan kalimat tauhid. Bilal menyerukan adzan dengan suara yang keras dan menggetarkan hati setiap orang yang mendengarnya. Ribuan leher manusia melihat ke arah Bilal. Ribuan lisan manusia yang mengikuti ucapan Bilal dengan hati yang khusyuk. Tetapi di sisi lain, orang-orang yang tidak beriman dengan sepenuh hatinya, tak kuasa memendam hasad di dalam dada. Mereka merasa kedengkian telah merobek-robek hati mereka.
Saat adzan yang dikumandangkan Bilal sampai pada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rosuulullaah” (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”. Juwairiyah binti Abu Jahal bergumam, "Sungguh, Allah telah mengangkat kedudukanmu. Memang, kami tetap akan shalat, tapi demi Allah, kami tidak menyukai orang yang telah membunuh orang-orang yang kami sayangi," Maksudnya, adalah ayahnya yang tewas dalam Perang Badar.
Khalid bin Usaid  berkata, "Aku bersyukur kepada Allah yang telah memuliakan ayahku dengan tidak menyaksikan peristiwa hari ini," Kebetulan ayahnya meninggal sehari sebelum Rasulullah SAW masuk ke kota Mekkah.
Sementara al-Harits bin Hisyam berkata, "Sungguh malang nasibku, mengapa aku tidak mati saja sebelum melihat Bilal naik ke atas Ka'bah,"
Al-Hakam bin Abu al-'Ash berkata, "Demi Allah, ini musibah yang sangat besar. Seorang budak bani Jumah bersuara di atas bangunan ini (Ka'bah),"
Sementara Abu Sufyan yang berada dekat mereka hanya berkata, "Aku tidak mengatakan apa pun, karena kalau aku membuat pernyataan, walau hanya satu kalimat, maka pasti akan sampai kepada Muhammad bin Abdullah,"
Pada suatu hari, Najasyi, Raja Habasyah, menghadiahkan tiga tombak pendek yang termasuk barang-barang paling istimewa miliknya kepada Rasulullah SAW. Rasulullah SAW mengambil satu tombak, sementara sisanya diberikan kepada Ali bin Abu Thalib dan Umar bin Khaththab, tapi tidak lama kemudian, beliau memberikan tombak itu kepada Bilal. Sejak saat itu, selama Nabi hidup, Bilal selalu membawa tombak pendek itu kemana-mana. Ia membawanya dalam kesempatan dua shalat ‘id (Idul Fitri dan Idul Adha), dan shalat istisqa’ (mohon turun hujan), dan menancapkannya di hadapan beliau saat melakukan shalat di luar masjid. 
Begitulah sosok Bilal, dia selalu berada di belakang Rasulullah dalam kondisi apapun. Kecintaannya terhadap Rasulullah SAW pernah membuatnya terbuai dalam mimpi bertemu dengan Rasul sepeninggal beliau. Dalam mimpinya itu, Rasulullah SAW berkata kepada Bilal: “Bilal, sudah lama kita berpisah, aku rindu sekali kepadamu,” Kemudian Bilal menjawab: “Ya, Rasulullah, aku pun sudah teramat rindu ingin bertemu dan mencium harum aroma tubuhmu,” kata Bilal masih dalam mimpinya. Setelah itu, mimpi tersebut berakhir begitu saja. Dan Bilal bangun dari tidurnya dengan hati yang gulana. Ia dirundung rindu. Keesokan harinya, ia menceritakan mimpi tersebut pada salah seorang sahabat lainnya. Seperti udara, kisah mimpi Bilal bin Rabah segera memenuhi ruangan kosong di hampir seluruh penjuru kota Madinah. Tak menunggu senja, hampir seluruh penduduk Madinah tahu, semalam Bilal bermimpi ketemu dengan Nabi junjungannya.


Sesaat setelah Rasulullah SAW menghembuskan nafas terakhir, waktu shalat tiba. Bilal berdiri untuk mengumandangkan adzan, sementara jasad Rasulullah SAW masih terbungkus kain kafan dan belum dikebumikan. Saat Bilal sampai pada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rosuulullaah” (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”, tiba-tiba suaranya terhenti. Ia tidak sanggup mengangkat suaranya lagi. Kaum muslimin yang hadir di sana tak kuasa menahan tangis, maka meledaklah suara isak tangis yang membuat suasana semakin mengharu biru.
Sejak kepergian Rasulullah SAW, Bilal hanya sanggup mengumandangkan adzan selama tiga hari. Setiap sampai kepada kalimat, “Asyhadu anna Muhammadan rosuulullaah,” (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”, ia langsung menangis tersedu-sedu. Sehingga kaum muslimin yang mendengarnya ikut larut dalam tangisan pilu. Karena itulah kemudian Bilal memohon kepada Abu Bakar, sang khalifah yang menggantikan posisi Rasulullah SAW sebagai pemimpin, agar diperkenankan tidak mengumandangkan adzan lagi, karena tidak sanggup melakukannya. Selain itu, Bilal juga meminta izin kepadanya untuk keluar dari kota Madinah dengan alasan berjihad di jalan Allah dan ikut berperang ke wilayah Syam.
Awalnya, Ash-Shiddiq merasa ragu untuk mengabulkan permohonan Bilal sekaligus mengizinkannya keluar dari kota Madinah, namun Bilal mendesaknya seraya berkata, “Jika dulu engkau membeliku untuk kepentingan dirimu sendiri, maka engkau berhak menahanku, tapi jika engkau telah memerdekakanku karena Allah, maka biarkanlah aku bebas menuju kepada-Nya.” Kemudian Abu Bakar menjawab, “Demi Allah, aku benar-benar membelimu untuk Allah, dan aku memerdekakanmu juga karena Allah,”. Mendengar jawaban Abu Bakar, Bilal segera menyahut, “Kalau begitu, aku tidak akan pernah mengumandangkan adzan untuk siapa pun setelah Rasulullah SAW wafat,” Akhirnya Abu Bakar menjawab, “Baiklah, aku mengabulkannya,” Bilal pergi meninggalkan Madinah bersama pasukan pertama yang dikirim oleh Abu Bakar. Ia tinggal di daerah Darayya yang terletak tidak jauh dari kota Damaskus.


Pada suatu hari, ia bermimpi bertemu Rasulullah SAW. Dalam mimpinya itu Nabi SAW bersabda kepadanya, “Wahai Bilal, apa yang menghalangimu sehingga engkau tidak pernah menjengukku?” Setelah bangun dari tidurnya, Bilal RA pun segera pergi ke Madinah. Setibanya di Madinah, Hasan dan Husain RA meminta Bilal RA agar mengumandangkan adzan. Ia tidak dapat menolak permintaan orang-orang yang dicintainya itu. Ketika ia mulai mengumandangkan adzan, maka terdengarlah suara adzan seperti ketika zaman Rasulullah SAW masih hidup. Hal ini sangat menyentuh hati penduduk Madinah, sehingga kaum wanita pun keluar dari rumah masing-masing sambil menangis untuk mendengarkan suara adzan Bilal RA itu. Setelah beberapa hari lamanya Bilal RA tinggal di Madinah, akhirnya ia meninggalkan kota Madinah dan kembali ke Damaskus dan wafat di sana pada tahun kedua puluh Hijriyah.
Pada waktu kedatangan Umar bin Khatthab ke wilayah Syam, yang kembali bertemu dengan Bilal setelah terpisah cukup lama. Pada saat itu khalifah Umar bin Khattab baru saja menerima kunci kota Yerussalem. Dalam pertemuan tersebut khalifah Umar bin Khattab meminta kepada Bilal untuk mau mengumandangkan adzan dan akhirnya Bilal mau menuruti permintaan sang khalifah. Mendengar Bilal menyuarakan adzan, kaum muslimin merasa sangat terharu, bahkan Umar tidak dapat menahan dirinya untuk tidak menangis tersedu-sedu. Suara Bilal membangkitkan segenap kerinduan mereka kepada masa-masa kehidupan yang dilewati di Madinah bersama Rasulullah SAW. BiIal adalah pengumandang seruan langit itu.
Makam Bilal Bin Rabah
   
Peristiwa tersebut merupakan adzan terakhir yang diperdengarkan oleh suara merdu dan syahdu Bilal bin Rabah di hadapan kaum muslimin. Bilal tetap tinggal di Damaskus hingga akhir hayatnya. Menjelang wafatnya Bilal pada tahun keduapuluh Hijriyah untuk menghadap sang Khalik, Bilal seringkali mengucapkan kata-kata secara secara beulang-ulang, kata tersebut adalah:
“Esok kita bersua dengan orang-orang terkasih…
Muhammad dan sahabat-sahabatnya
Esok kita bersua dengan orang-orang terkasih…
 Muhammad dan sahabat-sahabatnya,”
Bilal –semoga Allah meridhainya- merupakan seorang hamba yang taat, wara’, tekun beribadah, Nabi pernah bersabda kepadanya setelah shalat subuh : “Ceritakan kepada saya perbuatan apa yang telah engkau lakukan dalam Islam, karena sesungguhnya pada suatu malam saya mendengar suara sendal kamu berada di pintu surga,”
Bilal berkata : Saya tidak melakukan sesuatu apapun yang lebih baik melainkan saya tidak pernah bersuci dengan sempurna pada setiap saat; baik malam dan siang hari kecuali saya melakukan shalat sebagaimana yang ditentukan untuk saya melakukan shalat, (Al-Bukhari).


Demikianlah kisah seorang Bilal, keteguhan, ketegaran dan keyakinannya akan ajaran kebenaran, telah mengangkat derajadnya dan menjadikannya seorang mulia di sisi Allah dan Rasul-Nya meskipun dia berasal dari seorang budak hitam yang hina dan fakir. Sebuah kisah teladan bagi kita semua.

Dari berbagai sumber. Klik Disini



"Bang, aku ada problem nih! Fb-ku koq gak bisa login ya… padahal gak pernah rubah password, dan coba reset password, juga gak bisa.. isi tulisannya: "Invalid Email. Please check the email address you entered. If you added multiple email addresses to your account, you can use any one of them to request a reset link," Padahal, emailnya bener, dan gak pernah dirubah, mau reset password aja gak bisa…..(aku sudah punya Facebook lama dan gak pernah ganti email dan gak pernah ganti password, baru sekali ini kejadian gak bisa login password, jadi usulan untuk RESET PASSWORD juga gak bisa karena INVALID EMAIL (baca keterangan diatas)….

Kok aneh yah? Gimana acaranya doong... Aku juga gak pernah pakai email lain atau nambah email…. wah pusingg… anybody can help?

Kejadian di atas dialami oleh Mas Anto dan sepertinya akun Facebook tersebut telah di hack oleh seseorang, email sebagai username juga diganti jadi tidak bisa reset password Facebook lagi, itu artinya peluang untuk bisa masuk ke akun Facebook Mas Anto sudah semakin sedikit.

Tenang…tetapi tetap masih ada usaha lain yang bisa dilakukan, team Facebook sendiri sudah menyediakan beberapa kemudahan kepada usernya yang mengalami hal seperti ini (akun Facebook kena hack), secara umum bisa dibaca di bagian pusat bantuan facebook. Halaman yang khusus membahas tentang akun dibajak dan email sampah bisa baca disini.

Untuk lebih memahami tentang pembajakan akun Facebook, bagaimana menjaga agar akun Facebook anda lebih aman dan tempat mengadu jika akun kena hack juga ada disana. Silahkan di eksplor sendiri.

Jika anda juga mengalami seperti halnya Mas Anto di atas (Akun Fb telah dibajak dan email login Facebook telah diubah oleh hacker), coba mengadukan nasib anda ke team facebook melalui form berikut:




Daftar Pertanyaan Untuk Merebut Kembali Akun Facebook Anda

Sebelum menekan tombol Kirim perhatikan dulu benar-benar apakah data yang Anda masukkan sudah benar karena jika salah atau tidak tepat maka proses pemulihan akun Facebook anda akan lebih lama. Coba baca peringatan PENTING pada bagian atas form tersebut.

Jadi, ini hanya salah satu usaha kita untuk merebut kembali akun Fb dan tidak ada jaminan cara ini akan berhasil atau berapa lama waktunya juga tidak disebutkan oleh team facebook. Bersabar ya…

Mudah-mudahan bisa secepatnya direspon oleh team Facebook dan akun Facebook bisa segera Anda gunakan lagi.

Semoga bermanfaat


Abdullah bin Ummi Maktum

Masih ingat dengan seorang sahabat Nabi yang tak dapat melihat? Yang karenanya Allah lalu menegur Nabi dan menurunkan surat “A’basa”?

01. Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling
02. Karena telah datang seorang buta kepadanya
03. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa)
04. Atau Dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?
05. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup
06. Maka kamu melayaninya
07. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau Dia tidak membersihkan diri (beriman)
08. Dan Adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran)
09. Sedang ia takut kepada (Allah)
10. Maka kamu mengabaikannya
11. Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan

Beliau adalah Abdullah bin Ummi Maktum r.a, Seorang sosok sahabat yang senantiasa tawadhu dalam menunaikan kewajibannya sebagai hamba Allah.

Suatu ketika sahabat Nabi ini menghampiri baginda Rasulullah SAW, ia hendak meminta izin, untuk tidak mengikuti jamaah subuh, karena tak ada yang menuntunnya menuju masjid. Setelah mendengar alasannya, baginda Rasul bertanya, “Apakah engkau mendengar adzan?” Abdullah lantas menjawab, “Tentu Baginda,”
“Kalau begitu tidak ada keringanan untukmu,” tandas Rasul.

Layaknya hamba Allah yang senantiasa istiqomah dalam menjalankan perintah-Nya. Abdullah lalu melaksanakan atas apa yang diperintahkan Rasulullah SAW. Dengan mantap ia berikrar untuk mendirikan jamaah subuh di masjid, sekalipun dirinya harus meraba-raba dengan tongkat untuk menuju sumber adzan.

Keesokan harinya, tatkala fajar menjelang dan adzan mulai berkumandang, Abdullah bin Ummi Maktum bergegas memenuhi panggilan Illahi. Tak lama ketika ia mengayunkan kakinya beberapa langkah, tiba-tiba ia tersandung sebuah batu, badannya lalu tersungkur jatuh, dan sebagian ongkahan batu itu tepat mengenai wajahnya, dengan seketika darah pun mengalir dari mukanya yang mulia.

Dengan cepat Abdullah kembali bangkit, sembari mengusap darah yang membasahi wajahnya, ia pun dengan mantap akan kembali melanjutkan perjalanan menuju Masjid.

Selang beberapa saat, datang seorang sosok lelaki tak dikenal menghampirinya, kemudian lelaki itu bertanya, “Paman hendak pergi kemana?”
“Saya ingin memenuhi panggilan Ilahi,” jawab Abdullah tenang. Lalu laki-laki asing itu menawarkan jasanya,
“Saya akan antarkan Paman ke Masjid, lalu nanti kembali pulang ke rumah,” Lelaki itu pun segera menuntun Abdullah menuju Masjid, dan kemudian mengantarkannya kembali pulang.

Hal ini ternyata tidak hanya sekali dilakukan lelaki asing itu, tiap hari ia selalu menuntun Abdullah ke Masjid dan kemudian mengantarkannya kembali ke rumah. Tentu saja Abdullah bin Ummi Maktum sangat gembira, karena ada orang yang dengan baik hati mengantarnya salat berjamaah, bahkan tanpa mengharapkan imbalan apapun.

Hingga tibalah suatu saat, ia ingin tahu siapa nama lelaki yang selalu mengantarnya. Ia lalu menanyakan nama lelaki budiman itu. Namun spontan lelaki asing itu menjawab, “Apa yang paman inginkan dari namaku?”
“Saya ingin berdoa kepada Allah, atas kebajikan yang selama ini engkau lakukan,”
Jawab Abdullah. “Tidak usah,” tegas lelaki itu. “Paman tidak perlu berdoa untuk meringankan penderitaanku, dan jangan sekali-kali paman menanyai namaku,” tegasnya. Abdullah terhentak dan terkejut atas jawaban lelaki itu, Ia pun kemudian bersumpah atas nama Allah, meminta lelaki itu untuk tidak menemuinya lagi, sampai ia tahu betul siapa dan mengapa ia terus memandunya menuju Masjid dan tidak mengharapkan balasan apapun.

Makam Abdullah bin Ummi Maktum


Mendengar sumpah Abdullah, laki-laki itu kemudian berpikir panjang, ia kemudian berkata, “Baiklah akan aku katakan siapa diriku sebenarnya. Aku adalah Iblis,” jawabnya. Abdullah tersentak tak percaya, “Bagaimana mungkin engkau menuntunku ke Masjid, sedangkan dirimu menghalangi manusia untuk mengerjakan shalat?” Iblis itu kemudian menjawab, “Engkau masih ingat ketika dulu hendak melaksanakan shalat subuh berjamaah, dirimu tersandung batu, lalu bongkahannya melukai wajahmu?”
“Iya, aku ingat,” jawab Abdullah.
“Pada saat itu aku mendengar ucapan Malaikat, bahwasannya Allah telah mengampuni setengah dari dosamu, aku takut kalau engkau tersandung untuk kedua kali, lalu Allah menghapuskan setengah dosamu yang lain,” jelas Iblis. “Oleh karena itu aku selalu menuntunmu ke Masjid dan mengantarkanmu pulang, khawatir jika engkau kembali ceroboh lagi ketika berangkat ke Masjid,”

Astaghfirullah, ternyata Iblis tak pernah rela sedikit pun melihat hamba Allah menjadi ahli ibadah. Terbukti semua cara ia tempuh, hingga ia tak segan untuk menggunakan topeng kebaikan, khawatir kalau mangsanya akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda.



Sumber : Klik Disini

Copyright 2010 anti trust
Lunax Free Premium Blogger™ template by Introblogger