Mungkin Anda sudah mempunyai dokumen ini, tetapi apabila belum, maka ada baiknya untuk dibaca.

Bila terjadi gempa di kota dimana Anda tinggal, maka berdo'alah, pasrah kepada-Nya dan berusaha, berikut ini beberapa usaha yang dapat dilakukan atau disebut dengan "Segitiga Kehidupan" dan mudah-mudahan bermanfaat, forward-lah informasi ini sebanyak-banyaknya kepada rekan-rekan lainnya.

Segitiga Kehidupan Saat Terjadi Gempa

Pengalaman
Saya telah merangkak di bawah 875 reruntuhan bangunan, bekerja sama dengan tim penyelamat dari 60 negara, dan mendirikan tim penyelamat di beberapa negara serta salah satu dari ahli PBB untuk Mitigasi Bencana selama 2 tahun.
Saya telah bekerja di seluruh bencana besar di dunia  sejak tahun 1985.
Pada tahun 1996 kami membuat film yang membuktikan keakuratan metode bertahan hidup yang saya buat.



Fakta
Bangunan pertama yang saya masuki adalah sebuah sekolah di Mexico City pada gempa bumi tahun 1985.
Semua anak berlindung di bawah meja masing-masing.
Semua anak remuk sampai ke tulang mereka. Mereka mungkin dapat selamat jika berbaring di samping meja masing-masing di lorong.
Pada saat itu, murid-murid diajarkan untuk berlindung di bawah sesuatu.

Teori Segitiga Kehidupan
Secara sederhana, saat bangunan runtuh,  langit-langit akan runtuh menimpa benda atau furniture sehingga menghancurkan benda-benda ini, menyisakan ruangan kosong di sebelahnya.
Ruangan kosong ini lah yang saya sebut "segitiga kehidupan".
Semakin besar bendanya, maka semakin  kuat benda tersebut dan semakin kecil kemungkinannya untuk remuk.
Semakin sedikit remuk, semakin besar ruang  kosongnya, semakin besar kemungkinan untuk orang yang menggunakannya untuk selamat dari  luka-luka.

Amati 
Suatu saat anda melihat bangunan runtuh di televisi, hitunglah "segitiga  kehidupan" yang anda temui.
Segitiga ini ada di mana-mana dan merupakan bentuk yang umum.




Sepuluh Tips dalam Keselamatan Gempa Bumi

1. Hampir semua orang yang hanya "menunduk dan berlindung" pada saat bangunan runtuh meninggal karena tertimpa runtuhan. Orang-orang yang berlindung di bawah suatu benda  akan remuk badannya.

2. Kucing, anjing dan bayi biasanya mengambil posisi meringkuk secara alami. Itu juga yang harus anda lakukan pada saat gempa. Ini adalah insting alami untuk menyelamatkan diri. Anda dapat bertahan hidup dalam ruangan yang sempit. Ambil posisi di samping suatu benda, di samping sofa, di samping benda besar yang akan remuk sedikit tapi menyisakan ruangan kosong di sebelahnya

3. Bangunan dari kayu adalah tipe konstruksi yang paling aman selama gempa bumi. Kayu bersifat lentur dan bergerak seiring ayunan gempa. Jika bangunan kayu ternyata tetap runtuh, banyak ruangan kosong yang aman akan terbentuk. Disamping itu, bangunan kayu memiliki sedikit konsentrasi dari bagian yang berat. Bangunan  dari batu bata akan hancur berkeping-keping. Kepingan batu bata akan mengakibatkan luka badan tapi hanya sedikit yang meremukkan badan dibandingkan beton bertulang.

4. Jika anda berada di tempat tidur pada saat gempa terjadi, bergulinglah ke samping tempat tidur. Ruangan kosong yang aman akan berada di samping tempat tidur.
 Hotel akan memiliki tingkat keselamatan yang tinggi dengan hanya menempelkan peringatan di belakang pintu agar tamu-tamu berbaring di lantai di sebelah tempat tidur jika terjadi gempa.

5. Jika terjadi gempa dan anda tidak dapat keluar melalui jendela atau pintu, maka berbaring lah meringkuk di sebelah sofa atau kursi besar.

6. Hampir semua orang yang berada di belakang pintu pada saat bangunan runtuh akan meninggal.
 Mengapa?
 Jika anda berdiri di belakang pintu dan pintu tersebut rubuh ke depan atau ke belakang anda akan tertimpa langit-langit di atasnya.
 Jika pintu tersebut rubuh ke samping, anda akan tertimpa dan terbelah dua olehnya.
 Dalam kedua kasus tersebut, anda tidak akan selamat !

7. Jangan pernah lari melalui tangga.
 Tangga memiliki "momen frekuensi" yang berbeda (tangga akan berayun terpisah dari bangunan utama).
 Tangga dan bagian lain dari bangunan akan terus-menerus berbenturan satu sama lain sampai terjadi kerusakan struktur dari tangga tersebut.
 Orang-orang yang lari ke tangga sebelum tangga itu  rubuh akan terpotong-potong olehnya.
 Bahkan jika bangunan tidak runtuh, jauhilah tangga. Tangga akan menjadi bagian bangunan yang paling mungkin untuk rusak. Bahkan jika gempa tidak meruntuhkan  tangga, tangga tersebut akan runtuh juga pada saat orang-orang berlarian menyelamatkan diri.Tangga tetap harus diperiksa walaupun bagian lain dari bangunan tidak rusak.

8. Berdirilah di dekat dinding paling luar dari bangunan atau di sebelah luarnya jika memungkinkan.
 Akan lebih aman untuk berada di sebelah luar bangunan daripada di dalamnya.
 Semakin jauh anda dari bagian luar bangunan akan semakin besar kemungkinan jalur menyelamatkan diri anda tertutup.

9. Orang-orang yang berada di dalam kendaraan akan tertimpa jika jalanan di atasnya runtuh dan meremukkan kendaraan; ini yang ternyata terjadi pada lantai-lantai jalan tol Nimitz. Korban dari gempa bumi San Fransisco semuanya bertahan di dalam kendaraan mereka & meninggal. Mereka mungkin dapat selamat dengan keluar dari kendaraan dan berbaring di sebelah kendaraan mereka. Semua kendaraan yang hancur memiliki ruangan kosong yang aman setinggi 1 meter di sampingnya, kecuali kendaraan yang tertimpa langsung oleh kolom jalan tol.



10. Saya menemukan, pada saat saya merangkak di bawah kantor perusahaan koran dan kantor lain yang menyimpan banyak kertas bahwa kertas tidak memadat.
 Ruangan  kosong yang besar ditemukan di sekitar tumpukan kertas-kertas.
Sebarkan informasi ini dan selamatkan nyawa orang yang anda cintai.

Sebarkan informasi ini dan selamatkan nyawa orang yang anda cintai



Salam,

Sumber : Doug Copp, Kepala Penyelamat dan Manajer Bencana dari American Rescue Team International (ARTI)

Abad Penemuan
Abad penemuan ditandai oleh para petualang samudera dengan tujuan untuk menemukan jalur baru menuju pasar rempah-rempah di Timur Jauh saat daerah bagian timur Mediterania dikuasai oleh musuh. Saat Vasco da Gama berlayar melalui Tanjung Harapan untuk mencapai India di tahun 1488, Portugis mengarahkan usaha mereka ke selatan dan timur. Spanyol, yang sepakat membagi dua dunia ini dengan Portugis dalam Perjanjian Tordesillas pada tanggal 7 Juni 1494, berlayar ke arah barat. Saat itu mereka tidak menyadari akan adanya Benua Amerika dan tidak seorang pun tahu tentang Samudera Pasifik.
Christhopher Columbus (1451-1506), seorang Italia yang hijrah ke Spanyol, berteori bahwa karena bumi bulat, sebuah kapal laut dapat mencapai Timur Jauh dari arah yang berbeda. Dia meyakinkan kerajaan untuk membiayai pencariannya lalu berangkat berlayar pada Agustus 1492. Setelah sepuluh minggu, dia melihat sebuah pulau di Bahamas, yang dinamainya San Salvador. Karena berpikir telah menemukan pulau dekat Jepang, dia berlayar terus sampai mencapai Kuba (yang disangka Cina) dan Haiti. Dia bertemu dengan penduduk berkulit gelap yang dia sebut "Indian" karena dia berpikir dia sedang berlayar di Lautan Hindia.
Columbus melakukan tiga perjalanan lagi ke Dunia Baru yang dia pikir adalah Timur, di tahun 1493, 1497 dan 1502, melalui Puerto Roko, Kepulauan Virgin, Jamaika dan Trinidad. Dia tidak pernah mencapai Amerika Utara, dan sampai saat wafatnya, tetap berpikir bahwa dia telah mencapai Asia.

Amerika Utara telah ditemukan
Kapal-kapal Bangsa Viking telah mencapai Amerika Utara hampir 500 tahun sebelum Columbus berlayar. Berlayar dari Pulau Es pada pertengahan tahun 990, Biarni Heriolfsson merubah haluan arah semula dan terdampar di daerah tak bertuan. Dia tidak menjelajahi ataupun menamai daerah daratan tersebut. Pada tahun 1002, Leifr Eiriksson menelusuri jalur yang sama tapi dengan arah berlawanan dan mencapai pantai yang sekarang kita sebut Canada. Kemudian dia berlayar lagi ke arah selatan dan menemukan sebuah pulau yang dinamai Vinland (Newfoundland-sekarang) di mana dia membangun pemukiman dan berdagang selama 3 tahun dengan penduduk asli yang dikenal sebagai Bangsa Skraeling. Pada akhirnya Bangsa Skraeling memaksa mereka untuk pergi, tetapi Bangsa Viking tetap berlayar menuju Kanada untuk mencari hasil hutan.
"New Found Land" Di tahun 1497, Raja Henry ke VII menyetujui penjelajahan John Cabot (1450-1498). Pada tanggal 2 Mei, Cabot dengan 18 awaknya meninggalkan Bristol, Inggris dengan menggunakan sebuah kapal kecil dengan nama Matthew. Dia berlayar lebih jauh ke Utara dari pada yang dilakukan oleh Columbus, jauh diluar wilayah kekuasaan Spanyol. Pada tanggal 24 Juni, para awak melihat daratan. Cabot diyakinkan telah menemukan sebuah pulau di lepas pantai Asia and menamakannya "new found land". Itu adalah pendaratan pertama di Newfoundland yang didokumentasikan sejak penjelajahan Bangsa Viking. Cabot kembali ke Inggris pada tanggal 6 Agustus 1497, dan meskipun dia tidak membawa rempah-rempah maupun harta karun, dia adalah orang pertama yang memetakan Pantai Amerika Utara.
Penamaan "Amerika" Garis pembagi dunia milik Portugis dan Spanyol membelah Samudera Atlantik dengan Spanyol menguasai daerah sebelah barat, termasuk Amerika. Brasil diberikan kepada Portugal, yang menguasai Afrika dan India. Tetapi karena tanpa penghitungan yang teliti, timbul pertanyaan tentang kejelasan garis pembagi tersebut. Di tahun 1501, Raja Manuel ke 1 dari Portugal mengirim satu armada ke Brasil, salah satu awak kapal tersebut adalah Amerigo Vespucci. Dia termasuk dalam kelompok penjelajah pertama yang melaporkan bahwa Amerika Selatan adalah sebuah benua, bukan sebuah pulau, dam menyebutnya "Dunia Baru". Sebagai seorang ahli pembuat peta, Vespucci menjual duplikat peta yang dibuatnya kepada seorang German pelukis peta, Martin Waldseemuller, yang saat membuatnya di tahun 1507, memberikan penghargaan kepada Vespucci dengan menulis nama depan Vespucci pada gambar Benua Amerika Selatan. Sejak saat itu benua bagian selatan dinamai "Amerika".
 
Pelayaran Pertama Mengelilingi Bumi
Pelayaran pertama mengelilingi bumi dipimpin oleh Ferdinand Magellan, lahir di Oporto, Portugal tahun 1480. di tahun 1505, dia terdaftar di angkatan laut di mana dia belajar tentang keahlian kelautan dan peralatan perang di bawah bimbingan seorang purnawirawan Portugis di India. Di tahun 1509, dia ambil bagian dalam Perang Kematian, yang memberikan kekuasaan penuh bagi Portugal di Laut India. Selama 7 tahun, dia berdagang di Kocin, Cina dan Malaka.
Seperti Columbus, Magellan yakin dapat mencapai Timur Jauh dengan berlayar ke barat. Karena dihina oleh penguasa Portugis, Magellan meyakinkan penguasa Spanyol, Charles ke 1 bahwa sebagian pulau rempah-rempah berada di wilayah kekuasaan Spanyol yang belum pernah di jelajahi. Pada September 1519, Magellan mulai berlayar bersama 280 awak dengan menggunakan 5 kapal (San Antonio, Santiago, Trinidad, Victoria, dan Concepcion) dalam sebuah perjalanan penuh dengan penderitaan dan pemberontakan. Seorang bangsawan Italia yang juga ikut, Antonio Pigaffeta, mencatat semua kejadian dalam perjalanan tersebut.
Mereka melintasi ekuator pada tanggal 20 Nopember 1519, dan melihat Brasil pada 6 Desember. Magellan berpendapat bahwa tidak bijaksana untuk mendekati daerah kekuasaan Portugis sedangkan dia berlayar menggunakan bendera Spanyol, lalu membuang sauh di dekat yang sekarang disebut Rio de Janiero pada hari ke 13 bulan Desember. Mereka disambut oleh Suku Indian Guarani yang percaya bahwa orang kulti putih adalah dewa dan akan mendatangkan kebaikan bagi mereka. Setelah mengumpulkan perbekalan, mereka berlayar ke selatan, mencapai Patagonia (Argentina) pada Maret 1520. Santiago dikirim untuk menjelajahi lebih jauh ke selatan tapi kemudian hilang ditelan badai.
Pada bulan Agustus, Magellan memutuskan untuk bergerak lebih jauh ke selatan untuk mencari jalan menuju ke timur. Di bulan Oktober mereka menemukan sebuah selat. Dalam perjalanan melewati selat tersebut, kapten kapal San Antonio berputar arah kembali ke Spanyol, membawa sebagian besar perbekalan.

Memasuki Pasifik Yang Luas
Ketiga kapal yang tersisa muncul di Pasifik dari selat tersebut pada akhir November. Magellan berpikir bahwa pulau rempah-rempah tidak lama lagi akan ditemukan, tapi ternyata mereka berlayar selama 96 hari tanpa melihat daratan. Keadaan di atas kapal buruk sekali. Para awak bertahan hidup dengan memakan serbuk kayu, potongan kulit dan tikus. Akhirnya pada Januari 1521, mereka berlabuh di sebuah pulau untuk merayakannya. Di bulan Maret, mereka mencapai Guam. Mereka terus berlayar menuju Pilipina, dan tiba di sana pada tanggal 28 Maret.

Setelah berteman dengan seorang raja pulau, Magellan dengan tololnya terlibat dalam sebuah perang suku dan terbunuh dalam pertempuran pada tanggal 27 April 1521. Sebastian del Cano mengambil alih kepemimpinan kapal dan 115 orang yang selamat. Karena tidak cukup awak untuk tiga kapal, dia membakar Concepcion.
Mereka berlayar menuju Maluku (Kepulauan Rempah-rempah) pada November, mengangkut rempah-rempah yang berharga tinggi. Untuk memastikan bahwa paling tidak ada satu kapal dapat kembali ke Spanyol, Trinidad berlayar ke timur melalui Pasifik, sedangkan Victoria terus ke arah barat. Trinidad tertangkap oleh armada Portugis dan sebagian besar awaknya dibunuh. Victoria berusaha untuk menghindari Portugis di Laut Hindia dan mengambil jalur melalui Tanjung Harapan. Pada tanggal 6 September 1522, hampir tiga tahun setelah mereka memulai perjalan bersejarah mereka, Victoria beserta ke 18 awaknya (Pigaffeta terdapat diantara mereka) tiba di Spanyol. Mereka adalah yang pertama mengelilingi dunia.

Pelayaran Berkeliling Yang Kedua
Perjalanan ke dua mengelilingi bumi dilakukan oleh seorang Inggris mantan bajak laut yang menjadi penjelajah Francis Drake (1540-1596). Saat melihat Kerajaan Spanyol menjadi lebih luas, Ratu Elisabeth ke 1 secara diam-diam mengutus Drake ke barat, dengan maksud terselubung untuk mengusik orang Spanyol. Pada tanggal 13 Desember 1577, Drake berlayar dari Plymouth, Inggris dengan dengan membawa 6 buah kapal.
Pada bulan September 1578, lima buah kapal pulang kembali saat mencapai Selat Magellan, sedangkan Drake terus berlayar menggunakan Kapal Golden Hind. Di bulan Juni 1579, dia mencapai yang sekarang disebut California dan berlayar terus ke arah utara ke perbatasan yang sekarang dikenal sebagai perbatasan Amerika Serikat-Kanada. Kemudian dia berbelok ke arah barat daya dan melintasi Samudera Pasifik dalam 2 bulan. Dia melintasi India, Laut India, dan Tanjung Harapan. Bersama dengan Golden Hind yang dimuati dengan emas dan rempah-rempah, dia berlayar kembali dan mencapai Plymouth pada 26 September 1580, kapten pertama yang berlayar mengelilingi bumi.

Kapten Cook
Pengeliling dunia lainnya yang terkenal adalah James Cook. Dia berlayar dari Inggris pada tanggal 25 Agustus 1768 dengan menggunakan Kapal Endeavor bersama dengan 94 awak dan peneliti. Pada tanggal 11 April 1769, mereka mencapai Tahiti. Atas perintah dari pemerintah Inggris, mereka berlayar ke selatan, mencapai Selandia Baru pada tanggal 6 Oktober. Pada bulan April 1770, Cook menjelajahi dan mendokumentasikan Australia. Kemudian endeavor meneruskan perjalanannya melalui ke Jawa, lalu melintasi Tanjung harpan. Pada tanggal 30 Juli 1771, Cook berlayar memasuki dover. Karena perjalanan selama 3 tahun yang bersejarah itu, dia diangkat menjadi Panglima Angkatan Laut oleh Raja George ke III.


Pelayaran Berkeliling Yang Pertama Tunggal
Joshua Slocum,lahir di Nova Scotia pada tahun 1844, menjadi warga negara Amerika dan seorang Kapten pada usai 25 tahun. Pada tanggal 24 April 1895, saat berusia 51 tahun, Slocum berlayar meninggalkan Boston dengan menggunakan sekoci miliknya, Spray dengan panjang 11 m (37 kaki), sebuah kapal tua untuk mencari kerang yang dia buat sendiri.

Slocum melintasi Atlantik menuju Terusan Suez. Di Gibraltar, dia diberitahu mengenai bajak laut di Mediterania. Jadi dia berlayar kembali melintasi Atlantik dan menuju ke pantai Brasil, melalui selat neraka Selat Magellan. Dia menghadapi arus yang mematikan, pantai berkarang dan laut yang ganas saat dia berlayar mengitari Australi, Tanjung Harapan dan saat melintasi Atlantik.

Pada tanggal 27 Juni 1898, lebih dari 3 tahun dan 74.000km (46,000 mil) kemudian, Joshua Slocum memasuki Newport, Rhode Island, sebagai orang pertama tunggal yang mengelilingi bumi. Dia menceritakan perjalanannya yang luar biasa dalam bukunya "Sailing Around the World".

Pengelilingan Pertama Dengan Satu Kali Berhenti
Kehormatan sebagai pengeliling dunia pertama tunggal diberikan kepada Francis Chichester (1902-1972). Di tahun 1966, Chicester yang berusia 64 tahun berlayar menggunakan Gipsy Moth IV dengan panjang 16 m (53 kaki) dari Inggris. Sistem kemudinya rusak saat berada 3700 km (2,300 mil) dari Australia. Segera setelah meninggalkan Sydney, Gipsy terbalik tapi berhasil memperbaiki keadaannya. Di sekitar Tanjung Tanduk, Chichester menghadapi gelombang setinggi 15 m (50 kaki). Tetapi dia bukan tipe orang yang cepat menyerah. Di tahun 1960 dia adalah pemenang perlombaan melintasi atlantik dengan hanya menggunakan satu tangan. Dia juga adalah orang pertama yang melakukan penerbangan tunggal jarak jauh dengan menggunakan pesawat terbang air (dari Inggris ke Australia). Pada tanggal 28 Mei 1967, setelah 226 hari di laut, dia disambut oleh setengah juta orang di Plymouth , Inggris.

Pengelilingan Tunggal
Saat ini, pelayaran berkeliling dunia dengan satu tangan tanpa berhenti masih merupakan khayalan semata. Chay Blyth, dengan julukan "manusia besi" menjadi salah satu diantaranya saat dia berlayar melawan angin dari arah timur ke barat dengan menggunakan British Steel di tahun 1971, dan menyelesaikan perjalanannya dalam 302 hari. Dua tahun kemudian seorang Perancis Alain Colas dengan menggunakan berlambung tiga Manureva berlayar mengelilingi 3 tanjung utama, dan hanya menghabiskan 129 hari untuk menyelesaikan perjalanannya.

Wanita pertama yang berlayar mengelilingi bumi adalah orang Inggris Lisa Clatyon. Dia menggunakan sebuah kapal yang panjangnya 11 m (38 kaki) dengan lambung terbuat dari besi, Spirit of Birmingham, dari Dartmouth, Inggris pada tanggal 17 September 1994, dan menyelesaikan perjalanan yang sangat meletihkan dalam 285 hari kemudian.
Jonathan Sanders mengelilingi dunia dengan satu tangan sebanyak lima kali sejak bulan Mei 1986 sampai Maret 1988, menempuh 128.000 km (80.000 mil). Pelayaran berkeliling telah menjadi kegemaran, as with the Whitbread race??. Kemudian seorang Perancis Philippe Jeantot mengemukakan gagasannya tentang suatu perlombaan pelayaran mengelilingi bumi dengan satu tangan tanpa berhenti.

Pertandingan-Pertandingan
Pada tahun 1982, sebuah perusahaan Inggris meluncurkan balapan satu tangan BOC Challenge mengelilingi dunia. Sekarang pertandingan itu dinamakan AroundAlone, yang artinya : "Satu orang, Satu Kapal, Mengelilingi Dunia". Merupakan pertandingan yang terpanjang yang pernah ada di bumi untuk perseorangan dalam kategori olahraga apapun, menempuh jarak 43.000 km (27.000 mil) melalui samudra yang ganas dan tak bertepi. Garis akhirnya sama dengan sepanjang bumi itu sendiri. (Perlombaan berikutnya dimulai 26 Sept 2000.)


Kelaparan adalah burung gagak yang licik dan hitam
Jutaan burung-burung gagak bagai awan yang hitam
O Allah !
Burung gagak menakutkan
Dan kelaparan adalah burung gagak selalu menakutkan
Kelaparan adalah pemberontakan
Adalah penggerak gaib dari pisau-pisau pembunuhan
Yang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin
Kelaparan adalah batu-batu karang di bawah wajah laut yang tidur
Adalah mata air penipuan
Adalah pengkhianatan kehormatan
Seorang pemuda yang gagah akan menangis tersedu
melihat bagaimana tangannya sendiri
meletakkan kehormatannya di tanah karena kelaparan
Kelaparan adalah iblis
Kelaparan adalah iblis yang menawarkan kediktatoran
O Allah !
Kelaparan adalah tangan-tangan hitam
Yang memasukkan segenggam tawas
ke dalam perut para miskin
O Allah !
Kami berlutut
Mata kami adalah mata-Mu
ini juga mulut-Mu
ini juga hati-Mu
dan ini juga perut-Mu
perut-Mu lapar, ya Allah
Perut-Mu menggenggam tawas
dan pecahan-pecahan gelas kaca
O Allah !
Betapa indahnya sepiring nasi panas
Semangkuk sop dan segelas kopi hitam
O Allah !
Kelaparan adalah burung gagak
jutaan burung gagak
Bagai awan yang hitam
menghalang pandangku
ke sorga-Mu
O Allah !
Kelaparan adalah burung gagak
Jutaan burung gagak
Bagai awan yang hitam
menghalang pandangku
ke sorga-Mu



Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
Bahwa sesungguhnya ini hanya titipan
Bahwa mobilku hanya titipan-Nya,
Bahwa rumahku hanya titipan-Nya,
Bahwa hartaku hanya titipan-Nya

Tetapi, mengapa aku tidak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?

Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
Kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka
Kusebut dengan panggilan apa saja yang melukiskan bahwa itu adalah derita

Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
Aku ingin lebih banyak harta, lebih banyak mobil, lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas, dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan.
Seolah semua “derita” adalah hukuman bagiku
Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika:
“Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku,"

Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas “perlakuan baikku” dan
menolak keputusan Nya yang tak sesuai keinginanku,
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk
beribadah…
“Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja”

WS Rendra



Aku tulis sajak ini di bulan gelap raja-raja
Bangkai-bangkai tergeletak lengket di aspal jalan
Amarah merajalela tanpa alamat
Kelakuan muncul dari sampah kehidupan
Pikiran kusut membentur simpul-simpul sejarah
O, zaman edan!
O, malam kelam pikiran insan!
Koyak moyak sudah keteduhan tenda kepercayaan
Kitab undang-undang tergeletak di selokan
Kepastian hidup terhuyung-huyung dalam comberan
O, tatawarna fatamorgana kekuasaan!
O, sihir berkilauan dari mahkota raja-raja!
Dari sejak zaman Ibrahim dan Musa
Allah selalu mengingatkan
bahwa hukum harus lebih tinggi
dari ketinggian para politisi, raja-raja, dan tentara
O, kebingungan yang muncul dari kabut ketakutan!
O, rasa putus asa yang terbentur sangkur!
Berhentilah mencari Ratu Adil!
Ratu Adil itu tidak ada. Ratu Adil itu tipu daya!
Apa yang harus kita tegakkan bersama
adalah Hukum Adil
Hukum Adil adalah bintang pedoman di dalam prahara
Bau anyir darah yang kini memenuhi udara
menjadi saksi yang akan berkata:
Apabila pemerintah sudah menjarah Daulat Rakyat
apabila cukong-cukong sudah menjarah ekonomi bangsa
apabila aparat keamanan sudah menjarah keamanan
maka rakyat yang tertekan akan mencontoh penguasa
lalu menjadi penjarah di pasar dan jalan raya
Wahai, penguasa dunia yang fana!
Wahai, jiwa yang tertenung sihir tahta!
Apakah masih buta dan tuli di dalam hati?
Apakah masih akan menipu diri sendiri?
Apabila saran akal sehat kamu remehkan
berarti pintu untuk pikiran-pikiran kalap
yang akan muncul dari sudut-sudut gelap
telah kamu bukakan!
Cadar kabut duka cita menutup wajah Ibu Pertiwi
Airmata mengalir dari sajakku ini.

Sajak ini dibuat di Jakarta pada tanggal 17 Mei 1998 dan
dibacakan Rendra di DPR pada tanggal 18 Mei 1998


Hujan lebat turun di hulu subuh
disertai angin gemuruh
yang menerbangkan mimpi
yang lalu tersangkut di ranting pohon
Aku terjaga dan termangu
menatap rak buku-buku
mendengar hujan menghajar dinding
rumah kayuku.
Tiba-tiba pikiran mengganti mimpi
dan lalu terbayanglah wajahmu,
wahai perempupan yang tergusur!
Tanpa pilihan
ibumu mati ketika kamu bayi
dan kamu tak pernah tahu siapa ayahmu.
Kamu diasuh nenekmu yang miskin di desa.
Umur enam belas kamu dibawa ke kota
oleh sopir taxi yang mengawinimu.
Karena suka berjudi
ia menambah penghasilan sebagai germo.
Ia paksa kamu jadi primadona pelacurnya.
Bila kamu ragu dan murung,
lalu kurang setoran kamu berikan,
ia memukul kamu babak belur.
Tapi kemudian ia mati ditembak tentara
ketika ikut demontrasi politik
sebagai demonstran bayaran.
Sebagai janda yang pelacur
kamu tinggal di gubuk tepi kali
dibatas kota
Gubernur dan para anggota DPRD
menggolongkanmu sebagai tikus got
yang mengganggu peradaban.
Di dalam hukum positif tempatmu tidak ada.
Jadi kamu digusur.
Didalam hujuan lebat pagi ini
apakah kamu lagi berjalan tanpa tujuan
sambhil memeluk kantong plastik
yang berisi sisa hartamu?
Ataukah berteduh di bawah jembatan?
Impian dan usaha
bagai tata rias yang luntur oleh hujan
mengotori wajahmu.
kamu tidak merdeka.
Kamu adalah korban tenung keadaan.
Keadilan terletak diseberang highway yang bebahaya
yang tak mungkin kamu seberangi.
Aku tak tahu cara seketika untuk membelamu.
Tetapi aku memihak kepadamu.
Dengan sajak ini bolehkan aku menyusut keringat dingin
di jidatmu?
O,cendawan peradaban!
O, teka-teki keadilan!
Waktu berjalan satu arah saja.
Tetapi ia bukan garis lurus.
Ia penuh kelokan yang mengejutkan,
gunung dan jurang yang mengecilkan hati,
Setiap kali kamu lewati kelokan yang berbahaya
puncak penderitaan yang menyakitkan hati,
atau tiba di dasar jurang yang berlimbah lelah,
selalu kamu dapati kedudukan yang tak berubah,
ialah kedudukan kaum terhina.
Tapi aku kagum pada daya tahanmu,
pada caramu menikmati setiap kesempatan,
pada kemampuanmu berdamai dengan dunia,
pada kemampuanmu berdamai dengan diri sendiri,
dan caramu merawat selimut dengan hati-hati.
Ternyata di gurun pasir kehidupan yang penuh bencana
semak yang berduri bisa juga berbunga.
Menyaksikan kamu tertawa
karena melihat ada kelucuan di dalam ironi,
diam-diam aku memuja kamu di hati ini.

Cipayung Jaya
3 Desember 2003

WS Rendra

Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
bagai bunyi tambur yang gaib,
Dan angin mendesah
mengeluh dan mendesah,
Wahai, Dik Narti,
aku cinta kepadamu!
Kutulis surat ini
kala langit menangis
dan dua ekor belibis
bercintaan dalam kolam
bagai dua anak nakal
jenaka dan manis
mengibaskan ekor
serta menggetarkan bulu-bulunya,
Wahai, Dik Narti,
kupinang kau menjadi istriku!
Kaki-kaki hujan yang runcing
menyentuhkan ujungnya di bumi,
Kaki-kaki cinta yang tegas
bagai logam berat gemerlapan
menempuh ke muka
dan tak kan kunjung diundurkan
Selusin malaikat
telah turun
di kala hujan gerimis
Di muka kaca jendela
mereka berkaca dan mencuci rambutnya
untuk ke pesta
Wahai, Dik Narti
dengan pakaian pengantin yang anggun
bunga-bunga serta keris keramat
aku ingin membimbingmu ke altar
untuk dikawinkan
Aku melamarmu,
Kau tahu dari dulu:
tiada lebih buruk
dan tiada lebih baik
dari yang lain
penyair dari kehidupan sehari-hari,
orang yang bermula dari kata
kata yang bermula dari
kehidupan, pikir dan rasa
Semangat kehidupan yang kuat
bagai berjuta-juta jarum alit
menusuki kulit langit:
kantong rejeki dan restu wingit
Lalu tumpahlah gerimis
Angin dan cinta
mendesah dalam gerimis.
Semangat cintaku yang kuta
batgai seribu tangan gaib
menyebarkan seribu jaring
menyergap hatimu
yang selalu tersenyum padaku
Engkau adalah putri duyung
tawananku
Putri duyung dengan
suara merdu lembut
bagai angin laut,
mendesahlah bagiku!
Angin mendesah
selalu mendesah
dengan ratapnya yang merdu.
Engkau adalah putri duyung
tergolek lemas
mengejap-ngejapkan matanya yang indah
dalam jaringku
Wahai, putri duyung,
aku menjaringmu
aku melamarmu
Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
kerna langit
gadis manja dan manis
menangis minta mainan.
Dua anak lelaki nakal
bersenda gurau dalam selokan
dan langit iri melihatnya
Wahai, Dik Narti
kuingin dikau
menjadi ibu anak-anakku!

 Silau oleh sinar lampu lalu lintas
Aku menunduk memandang sepatuku.
Aku gentayangan bagai kelelawar.
Tidak gembira, tidak sedih.
Terapung dalam waktu.
Ma, aku melihatmu di setiap ujung jalan.
Sungguh tidak menyangka
Begitu penuh kamu mengisi buku alamat batinku.
Sekarang aku kembali berjalan.
Apakah aku akan menelefon teman?
Apakah aku akan makan udang gapit di restoran?
Aku sebel terhadap cendikiawan yang menolak menjadi saksi.
Masalah sosial dipoles gincu menjadi fizika.
Sikap jiwa dianggap maya dibanding mobil berlapis baja.
Hanya kamu yang enak diajak bicara.
Kakiku melangkah melewati sampah-sampah.
Akan menulis sajak-sajak lagi.
Rasa berdaya tidak bisa mati begitu saja.
Ke sini, Ma, masuklah ke dalam saku bajuku.
Daya hidup menjadi kamu, menjadi harapan.


Ma, nyamperin matahari dari satu sisi.
Memandang wajahmu dari segenap jurusan.
Aku menyaksikan zaman berjalan kalang-kabutan.
Aku melihat waktu melaju melanda masyarakatku.

Aku merindui wajahmu.
Dan aku melihat wajah-wajah berdarah para mahasiswa.
Kampus telah diserbu mobil berlapis baja.
Kata-kata telah dilawan dengan senjata.
Aku muak dengan gaya keamanan semacam ini.
Kenapa keamanan justeru menciptakan ketakutan dan ketegangan.
Sumber keamanan seharusnya hukum dan akal sihat.
Keamanan yang berdasarkan senjata dan kekuasaan adalah penindasan.

Suatu malam aku mandi di lautan.
Sepi menjadi kaca.
Bunga-bungaan yang ajaib bertebaran di langit.
Aku inginkan kamu, tetapi kamu tidak ada.
Sepi menjadi kaca.
Apa yang bisa dilakukan oleh penyair
Bila setiap kata telah dilawan dengan kekuasaan?
Udara penuh rasa curiga.
Tegur sapa tanpa jaminan.
Air lautan berkilat-kilat.
Suara lautan adalah suara kesepian
Dan lalu muncul wajahmu.
Kamu menjadi makna.
Makna menjadi harapan.
Sebenarnya, apakah harapan?
Harapan adalah karena aku akan membelai rambutmu.
Harapan adalah karena aku akan tetap menulis sajak.
Harapan adalah karena aku akan melakukan sesuatu.
Aku tertawa, Ma!

Angin menyapu rambutku.
Aku terkenang kepada apa yang telah terjadi.
Sepuluh tahun aku berjalan tanpa tidur.
*Punggungku karatan aku seret dari warung ke warung.
Perutku sobek di jalan raya yang lenggang
Tidak. Aku tidak sedih dan kesepian.
Aku menulis sajak di bordes kereta api.
Aku bertualang di dalam udara yang berdebu.
Dengan berteman anjing-anjing geladak dan kucing-kucing liar,
Aku bernyanyi menikmati hidup yang kelabu.
Lalu muncullah kamu,
Nongol dari perut matahari bunting,
Jam dua belas seperempat siang.
Aku terkesima.

Aku disergap kejadian tak terduga.
Rahmatku turun bagai hujan
Membuatku segar,
Tapi juga menggigil bertanya-tanya.
Aku jadi bego, Ma!
Yaaahhhh, Ma, mencintai kamu adalah bahagia dan sedih.
Bahagia karena mempunyai kamu di dalam kalbuku,
Dan sedih karena kita sering terpisah.
Ketegangan menjadi pupuk cinta kita.
Tetapi bukankah kehidupan sendiri adalah bahagia dan sedih?
Bahagia karena nafas mengalir dan jantung berdetak.
Sedih karena fikiran diliputi bayang-bayang.
Adapun harapan adalah penghayatan akan ketegangan.
Ma, nyamperin matahari dari satu sisi,
Memandang wajahmu dari segenap jurusan.

W.S. Rendra

( Koleksi Puisi-Puisi Willibrordus Surendra)



Sebuah sangkar besi
Tidak bisa mengubah rajawali
Menjadi seekor burung nuri
Rajawali adalah pacar langit
Dan di dalam sangkar besi
Rajawali merasa pasti

Bahwa langit akan selalu menanti
Langit tanpa rajawali
Adalah keluasan dan kebebasan tanpa sukma
Tujuh langit, tujuh rajawali
Tujuh cakrawala, tujuh pengembara

Rajawali terbang tinggi memasuki sepi
Memandang dunia
Rajawali di sangkar besi
Duduk bertapa
Mengolah hidupnya

Hidup adalah merjan-merjan kemungkinan
Yang terjadi dari keringat matahari
Tanpa kemantapan hati rajawali
Mata kita hanya melihat matamorgana

Rajawali terbang tinggi
Membela langit dengan setia
Dan ia akan mematuk kedua matamu
Wahai, kamu, pencemar langit yang durhaka

W.S Rendra, Kumpulan Puisi "Perjalanan Bu Aminah"
Yayasan Obor Indonesia – 1997


Matahari terbit pagi ini
Mencium bau kencing orok di kaki langit
Melihat kali coklat menjalar ke lautan
Dan mendengar dengung di dalam hutan
Lalu kini ia dua penggalah tingginya
Dan ia menjadi saksi kita berkumpul di sini
memeriksa keadaan
kita bertanya:
"Kenapa maksud baik tidak selalu berguna
Kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga
orang berkata : "Kami ada maksud baik"
dan kita bertanya : "Maksud baik untuk siapa?"
Ya!
Aada yang jaya, ada yang terhina
Ada yang bersenjata, ada yang terluka
Ada yang duduk, ada yang diduduki
Ada yang berlimpah, ada yang terkuras
Dan kita disini bertanya :
"Maksud baik saudara untuk siapa?
Saudara berdiri di pihak yang mana?
Kenapa maksud baik dilakukan
Tetapi makin banyak petani kehilangan tanahnya
tanah–tanah di gunung telah dimiliki orang–orang kota
perkebunan yang luas
Hanya menguntungkan segolongan kecil saja
alat–alat kemajuan yang diimpor
tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya
tentu, kita bertanya :
"Lantas maksud baik saudara untuk siapa?"
Sekarang matahari semakin tinggi
Llalu akan bertahta juga di atas puncak kepala
dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya :
kita ini dididik untuk memihak yang mana?

Ilmu–ilmu diajarkan di sini
akan menjadi alat pembebasan
ataukah alat penindasan?
Sebentar lagi matahari akan tenggelam
malam akan tiba
Cicak–cicak berbunyi di tembok
dan rembulan berlayar
Tetapi pertanyaan kita tidak akan mereda
Akan hidup di dalam mimpi
akan tumbuh di kebon belakang
dan esok hari

Matahari akan terbit kembali
sementara hari baru menjelma
Pertanyaan–pertanyaan kita menjadi hutan
atau masuk ke sungai
menjadi ombak di samodra
Di bawah matahari ini kita bertanya :
"Ada yang menangis, ada yang mendera
ada yang habis, ada yang mengikis
dan maksud baik kita
berdiri di pihak yang mana!"

RENDRA

(Jakarta, 1 desember 1977)
* Sajak ini dipersembahkan kepada para mahasiswa Universitas Indonesia di Jakarta dan dibacakan di dalam salah satu adegan film "Yang Muda Yang bercinta" yang disutradarai oleh Sumandjaya
* Dari kumpulan puisi "Potret Pembangunan Dalam Puisi" (Pustaka Jaya – 1996)

Tuhan yang Maha Esa,
alangkah tegangnya
melihat hidup yang tergadai,
fikiran yang dipabrikkan,
dan masyarakat yang diternakkan.
Malam rebah dalam udara yang kotor.
Di manakah harapan akan dikaitkan
bila tipu daya telah menjadi seni kehidupan?
Dendam diasah di kolong yang basah
siap untuk terseret dalam gelombang edan.
Perkelahian dalam hidup sehari-hari
telah menjadi kewajaran.
Pepatah dan petitih
tak akan menyelesaikan masalah
bagi hidup yang bosan,
terpenjara, tanpa jendela.
Tuhan yang Maha Faham,
alangkah tak masuk akal
jarak selangkah
yang bererti empat puluh tahun gaji seorang buruh,
yang memisahkan
sebuah halaman bertaman tanaman hias
dengan rumah-rumah tanpa sumur dan W.C.
Hati manusia telah menjadi acuh,
panser yang angkuh,
traktor yang dendam.
Tuhan yang Maha Rahman,
ketika air mata menjadi gombal,
dan kata-kata menjadi lumpur becek,
aku menoleh ke utara dan ke selatan -
di manakah Kamu?
Dimanakah tabungan keramik untuk wang logam?
Dimanakah catatan belanja harian?
Dimanakah peradaban?
Ya, Tuhan yang Maha Hakim,
harapan kosong, optimisme hampa.
Hanya akal sihat dan daya hidup
menjadi peganganku yang nyata.


Langit akhlak telah roboh di atas negeri
Karena akhlak roboh, hukum tak tegak berdiri
Karena hukum tak tegak, semua jadi begini
Negeriku sesak adegan tipu-menipu
Bergerak ke kiri, dengan maling kebentur aku
Bergerak ke kanan, dengan perampok ketabrak aku
Bergerak ke belakang, dengan pencopet kesandung aku
Bergerak ke depan, dengan penipu ketanggor aku
Bergerak ke atas, di kaki pemeras tergilas aku
Kapal laut bertenggelaman, kapal udara berjatuhan
Gempa bumi, banjir, tanah longsor dan orang kelaparan
Kemarau panjang, kebakaran hutan berbulan-bulan
Jutaan hektar jadi jerebu abu-abu berkepulan
Bumiku demam berat, menggigilkan air lautan
Beribu pencari nafkah dengan kapal dipulangkan
Penyakit kelamin meruyak tak tersembuhkan
Penyakit nyamuk membunuh bagai ejekan
Berjuta belalang menyerang lahan pertanian
Bumiku demam berat, menggigilkan air lautan
Lalu berceceran darah, berkepulan asap dan berkobaran api
Empat syuhada melesat ke langit dari bumi Trisakti
Gemuruh langkah, simaklah, di seluruh negeri
Beribu bangunan roboh, dijarah dalam huru-hara ini
Dengar jeritan beratus orang berlarian dikunyah api
Mereka hangus-arang, siapa dapat mengenal lagi
Bumiku sakit berat, dengarlah angin menangis sendiri
Kukenangkan tahun ?47 lama aku jalan di Ambarawa dan Salatiga
Balik kujalani Clash I di Jawa, Clash II di Bukittinggi
Kuingat-ingat pemboman Sekutu dan Belanda seantero negeri
Seluruh korban empat tahun revolusi
Dengan Mei ?98 jauh beda, jauh kalah ngeri
Aku termangu mengenang ini
Bumiku sakit berat, dengarlah angin menangis sendiri
Ada burung merpati sore melayang
Adakah desingnya kau dengar sekarang
Ke daun telingaku, jari Tuhan memberi jentikan
Ke ulu hatiku, ngilu tertikam cobaan
Di aorta jantungku, musibah bersimbah darah
Di cabang tangkai paru-paruku, kutuk mencekik nafasku
Tapi apakah sah sudah, ini murkaMu?
Ada burung merpati sore melayang
Adakah desingnya kau dengar sekarang

1998


Cucu kau tahu, kau menginap di DPR bulan Mei itu
Bersama beberapa ribu kawanmu
Marah, serak berteriak dan mengepalkan tinju
Bersama-sama membuka sejarah halaman satu
Lalu mengguratkan baris pertama bab yang baru
Seraya mencat spanduk dengan teks yang seru
Terpicu oleh kawan-kawan yang ditembus peluru
Dikejar masuk kampus, terguling di tanah berdebu
Dihajar dusta dan fakta dalam berita selalu
Sampai kini sejak kau lahir dahulu
Inilah pengakuan generasi kami, katamu
Hasil penataan dan penataran yang kaku
Pandangan berbeda tak pernah diaku
Daun-daun hijau dan langit biru, katamu
Daun-daun kuning dan langit kuning, kata orang-orang itu
Kekayaan alam untuk bangsaku, katamu
Kekayaan alam untuk nafsuku, kata orang-orang itu
Karena tak mau nasib rakyat selalu jadi mata dadu
Yang diguncang-guncang genggaman orang-orang itu
Dan nomor yang keluar telah ditentukan lebih dulu
Maka kami bergeraklah kini, katamu
Berjalan kaki, berdiri di atap bis yang melaju
Kemeja basah keringat, ujian semester lupakan dulu
Memasang ikat kepala, mengibar-ngibarkan benderamu
Tanpa ada pimpinan di puncak struktur yang satu
Tanpa dukungan jelas dari yang memegang bedil itu
Sudahlah, ayo kita bergerak saja dulu
Kita percayakan nasib pada Yang Satu Itu.

1998

I
Ketika di Pekalongan, SMA kelas tiga
Ke Wisconsin aku dapat beasiswa
Sembilan belas lima enam itulah tahunnya
Aku gembira jadi anak revolusi Indonesia
Negeriku baru enam tahun terhormat diakui dunia
Terasa hebat merebut merdeka dari Belanda
Sahabatku sekelas, Thomas Stone namanya,
Whitefish Bay kampung asalnya
Kagum dia pada revolusi Indonesia
Dia mengarang tentang pertempuran Surabaya
Jelas Bung Tomo sebagai tokoh utama
Dan kecil-kecilan aku nara-sumbernya
Dadaku busung jadi anak Indonesia
Tom Stone akhirnya masuk West Point Academy
Dan mendapat Ph.D. dari Rice University
Dia sudah pensiun perwira tinggi dari U.S. Army
Dulu dadaku tegap bila aku berdiri
Mengapa sering benar aku merunduk kini

II
Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, ebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champs Élysées dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.

III
Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu,
Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi
berterang-terang curang susah dicari tandingan,
Di negeriku anak lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupu
dan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakek
secara hancur-hancuran seujung kuku tak perlu malu,
Di negeriku komisi pembelian alat-alat berat, alat-alat ringan,
senjata, pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu dan
peuyeum dipotong birokrasi
lebih separuh masuk kantung jas safari,
Di kedutaan besar anak presiden, anak menteri, anak jenderal,
anak sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden,
menteri, jenderal, sekjen dan dirjen sejati,
agar orangtua mereka bersenang hati,
Di negeriku penghitungan suara pemilihan umum
sangat-sangat-sangat-sangat-sangat jelas
penipuan besar-besaran tanpa seujung rambut pun bersalah perasaan,
Di negeriku khotbah, surat kabar, majalah, buku dan
sandiwara yang opininya bersilang tak habis
dan tak utus dilarang-larang,
Di negeriku dibakar pasar pedagang jelata
supaya berdiri pusat belanja modal raksasa,
Di negeriku Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah,
ciumlah harum aroma mereka punya jenazah,
sekarang saja sementara mereka kalah,
kelak perencana dan pembunuh itu di dasar neraka
oleh satpam akhirat akan diinjak dan dilunyah lumat-lumat,
Di negeriku keputusan pengadilan secara agak rahasia
dan tidak rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual-beli,
kabarnya dengan sepotong SK
suatu hari akan masuk Bursa Efek Jakarta secara resmi,
Di negeriku rasa aman tak ada karena dua puluh pungutan,
lima belas ini-itu tekanan dan sepuluh macam ancaman,
Di negeriku telepon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja,
fotokopi gosip dan fitnah bertebar disebar-sebar,
Di negeriku sepakbola sudah naik tingkat
jadi pertunjukan teror penonton antarkota
cuma karena sebagian sangat kecil bangsa kita
tak pernah bersedia menerima skor pertandingan
yang disetujui bersama,
Di negeriku rupanya sudah diputuskan
kita tak terlibat Piala Dunia demi keamanan antarbangsa,
lagi pula Piala Dunia itu cuma urusan negara-negara kecil
karena Cina, India, Rusia dan kita tak turut serta,
sehingga cukuplah Indonesia jadi penonton lewat satelit saja,
Di negeriku ada pembunuhan, penculikan
dan penyiksaan rakyat terang-terangan di Aceh,
Tanjung Priuk, Lampung, Haur Koneng,
Nipah, Santa Cruz dan Irian,
ada pula pembantahan terang-terangan
yang merupakan dusta terang-terangan
di bawah cahaya surya terang-terangan,
dan matahari tidak pernah dipanggil ke pengadilan sebagai
saksi terang-terangan,
Di negeriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada,
tapi dalam kehidupan sehari-hari bagai jarum hilang
menyelam di tumpukan jerami selepas menuai padi.

IV
Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champs Élysées dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.

1998


Seseorang dianggap tak bersalah,
sampai dia dibuktikan hukum bersalah.
Di negeri kami, ungkapan ini terdengar begitu indah.
Kini simaklah sebuah kisah,
Seorang pegawai tinggi,
gajinya sebulan satu setengah juta rupiah,
Di garasinya ada Honda metalik,Volvo hitam,
BMW abu-abu, Porsche biru dan Mercedes merah.
Anaknya sekolah di Leiden, Montpelier dan Savannah.
Rumahnya bertebaran di Menteng, Kebayoran dan
Macam Macam Indah,
Setiap semester ganjil,
isteri terangnya belanja di Hongkong dan Singapura.
Setiap semester genap,
isteri gelap liburan di Eropa dan Afrika,
Anak-anaknya pegang dua pabrik,
tiga apotik dan empat biro jasa.
Saudara sepupu dan kemenakannya
punya lima toko onderdil,
enam biro iklan dan tujuh pusat belanja,
Ketika rupiah anjlok terperosok,
kepleset macet dan hancur jadi bubur,
dia ketawa terbahak- bahak
karena depositonya dalam dolar Amerika semua.
Sesudah matahari dua kali tenggelam di langit barat,
jumlah rupiahnya melesat sepuluh kali lipat,
Krisis makin menjadi-jadi, di mana-mana orang antri,
maka seratus kantong plastik hitam dia bagi-bagi.
Isinya masing-masing lima genggam beras,
empat cangkir minyak goreng dan tiga bungkus mi cepat-jadi.
Peristiwa murah hati ini diliput dua menit di kotak televisi,
dan masuk berita koran Jakarta halaman lima pagi-pagi sekali,
Gelombang mau datang, datanglah gelombang,
setiap air bah pasang dia senantiasa
terapung di atas banjir bandang.
Banyak orang tenggelam tak mampu timbul lagi,
lalu dia berkata begini,
“Yah, masing-masing kita rejekinya kan sendiri-sendiri,”
Seperti bandul jam tua yang bergoyang kau lihatlah:
kekayaan misterius mau diperiksa,
kekayaan tidak jadi diperiksa,
kekayaan mau diperiksa,
kekayaan tidak diperiksa,
kekayaan harus diperiksa,
kekayaan tidak jadi diperiksa.
Bandul jam tua Westminster,
tahun empat puluh satu diproduksi,
capek bergoyang begini, sampai dia berhenti sendiri,
Kemudian ide baru datang lagi,
isi formulir harta benda sendiri,
harus terus terang tapi,
dikirimkan pagi-pagi tertutup rapi,
karena ini soal sangat pribadi,
Selepas itu suasana hening sepi lagi,
cuma ada bunyi burung perkutut sekali-sekali,
Seseorang dianggap tak bersalah,
sampai dia dibuktikan hukum bersalah.
Di negeri kami, ungkapan ini terdengar begitu indah.
Bagaimana membuktikan bersalah,
kalau kulit tak dapat dijamah.
Menyentuh tak bisa dari jauh,
memegang tak dapat dari dekat,
Karena ilmu kiat,
orde datang dan orde berangkat,
dia akan tetap saja selamat,
Kini lihat,
di patio rumahnya dengan arsitektur Mediterania,
seraya menghirup teh nasgitel
dia duduk menerima telepon
dari isterinya yang sedang tur di Venezia,
sesudah menilai tiga proposal,
dua diskusi panel dan sebuah rencana rapat kerja,
Sementara itu disimaknya lagu favorit My Way,
senandung lama Frank Sinatra
yang kemarin baru meninggal dunia,
ditingkah lagu burung perkutut sepuluh juta
dari sangkar tergantung di atas sana
dan tak habis-habisnya
di layar kaca jinggel bola Piala Dunia,
Go, go, go, ale ale ale…


Selamat Datang Kembali Sayang

Angin syahdu mendendang senandung merdu
bait demi bait terlantun
mekarkan kembang hidupkan taman
Ini kisah gembira, tentang kembalinya sang Bayu nan teduh
Sang kawan sejati
Sang teman sehati
kala menatap cinta
Dinda, mengapa pergi demikian lama?
Tak tahukah engkau rindu t'lah menggunung?
Kini engkau kembali, wahai putri jelita
Kini kerinduan t'lah terobati
Berganti gejolak yang tak kalah merisaukan
Penantian akan Senyum yang kau tebar
Senyum termanis dari jiwa yang Indah
Dan tangan pun terulur sambut semerbak kembang setaman,
“Mari Dinda, warnai samudra dengan goresan pena,”
”Karena itu, ajaklah perasaan menjunjung tinggi akal budi,"
"Meraih puncak-puncak getaran kebenaran sejati, keduanya mewujudkan sebuah simfony,"



Panggilan
Biarkan aku terbaring dalam lelapku,
kerana jiwa ini telah dirasuki cinta,
dan biarkan daku istirahat,
kerana batin ini memiliki segala kekayaan malam dan siang.
Nyalakan lilin-lilin dan bakarlah dupa nan mewangi di sekeliling ranjang ini,
dan taburi tubuh ini dengan wangian melati serta mawar.
Minyakilah rambut ini dengan puspa dupa dan olesi kaki-kaki ini dengan wangian,
dan bacalah isyarat kematian yang telah tertulis jelas di dahi ini.
Biarku istirahat di ranjang ini,
kerana kedua bola mata ini telah teramat lelahnya;
Biar sajak-sajak bersalut perak bergetaran dan menyejukkan jiwaku;
Terbangkan dawai-dawai harpa dan singkapkan tabir lara hatiku.
Nyanyikanlah masa-masa lalu seperti engkau memandang fajar harapan dalam mataku,
kerana makna ghaibnya begitu lembut bagai ranjang kapas tempat hatiku berbaring.
Hapuslah air matamu, saudaraku,
dan tegakkanlah kepalamu seperti bunga-bunga menyemai jari-jemarinya menyambut mahkota fajar pagi.
Lihatlah Kematian berdiri bagai kolom-kolom cahaya antara ranjangku dengan jarak infiniti;
Tahanlah nafasmu dan dengarkan kibaran kepak sayap-sayapnya.
Dekatilah aku, dan ucapkanlah selamat tinggal buatku.
Ciumlah mataku dengan seulas senyummu.
Biarkan anak-anak merentang tangan-tangan mungilnya buatku dengan kelembutan jemari merah jambu mereka;
Biarkanlah Masa meletakkan tangan lembutnya di dahiku dan memberkatiku;
Biarkanlah perawan-perawan mendekati dan melihat bayangan Tuhan dalam mataku,
dan mendengar Gema Iradat-Nya berlarian dengan nafasku….


Tuhan…
hari itu aku berdosa
hari ini aku tobat
dan esok aku lupa akan akadku…
Aku tertawa bersama-Mu
saat aku bersujud
Aku terbang ke dalam diri-Mu
aku memanja pada-Mu
Entah apa yang membawaku kepada-Mu
tapi aku yakin bahwa aku telah berada pada-Mu
Tuhan…
Tahukah Engkau bahwa ketika aku menangis
Ternyata aku temukan kebahagiaan yang sebenarnya berikan
lewat tangisku..
Tuhan…


Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras, bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya kepastian
Ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu..
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!

(1948)

Siasat,
Th III, No. 96
1949


0 Aku



Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang 'kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Maret 1943

Penghabisan kali itu kau datang
membawa karangan kembang
Mawar merah dan melati putih:
darah dan suci.
Kau tebarkan depanku
serta pandang yang memastikan: Untukmu.
Sudah itu kita sama termangu
Saling bertanya: Apakah ini?
Cinta? Keduanya tak mengerti.
Sehari itu kita bersama. Tak hampir-menghampiri.
Ah! Hatiku yang tak mau memberi
Mampus kau dikoyak-koyak sepi.



Inilah pantun-pantun tanpa sampiran
Karena yang terburuk sudah sangat telanjang
Inilah pantun-pantun hanya sampiran
Karena setiap isi tidak boleh diungkapkan
Inilah syair pantun-pantunan
Untuk pelipur lara koran-koran yang ngumpet di balik kegelapan
Untuk para cendekiawan yang arif dan bungkam
Untuk kaum seniman yang sibuk main akrobat aliran-aliran

Pantun-pantunan untuk mengakali diri sendiri
Untuk mentertawakan dan memaafkan semakin kecilnya nyali
Di negeri yang sedikit-sedikit dicurigai
Di negeri yang sedikit-sedikit ditunggangi
Pantun-pantunan Aceh, Asmat, dan Madura juga
Yang tergabung dalam kesatuan nusantara
Meskipun para perampok akhirnya ketahuan semua
Emangnya Lu bisa apa
Tiga setengah abad darah
Tiga setengah abad airmata
Kepada Londo mancanegara boleh kita luapkan amarah
Tapi kepada Londo domestik hati kita sangat pemurah
Ayam hutan terbang ke angkasa raya
Ayam kampung mematuki apa saja sekenanya
Dengan pembangunan kita jamin kebebasan berbicara
Dengan syarat mulut jangan sampai terbuka
Kalau sungai tak mengalir lagi airnya
Itu sungai malas namanya
Kalau keadilan telah terlaksana
Tanah air kita bagi sekeluarga
Keluarga kecil keluarga bahagia
Dua anak cukup, lelaki perempuan sama saja
Lima kali lima berapa jumlahnya
Bergantung mayoritas saham untuk siapa
Sungai-sungai masuk ke muara
Menyatu dengan gelombang samudera
Saya pernah lihat ada negeri yang tak terkirakan indahnya
Terutama karena sangat banyak jenis malingnya
Di hutan belantara lantunkan tembang
Di padang perdu perdengarkan seruling
Silahkan pakai asas keterbukaan
Asalkan tidak takut ditempiling
Unggas bernyanyi menyatakan cinta
Kuda lari kakinya terantuk
Ada saat dewan rakyat dua tugasnya
Pertama bilang ya, kedua mengantuk
Trembesi ya trembesi
Tangan jangan terlalu banyak durinya
Korupsi ya korupsi
Tapi jangan segitu dong jumlahnya
Polusi ya polusi
Tapi dimusnahkan dong limbahnya
Kolusi ya kolusi
Tapi dihukum doong tukang katabelecenya
Sungai ya sungai
Tapi jangan dicemari airnya
Monopoli ya monopoli
Tapi ya jangan monopoli
Kemerdekaan membuat kita bersatu
Pembangunan melebur segala kubu
Tanahku adalah tanahku
Tanahmu adalah tanahku
Kata burung garuda: kalau sudah bersatu
Jangan bertengkar karena suku dan agama
Kata orang Madura: kalau pemilu
Sepau bapak jangan mampir-mampir di hidung saya
Inilah pantun-pantunan tigabelas ribu kepulauan
Demi buang angin agar tak sakit perut ini
Sesekali kita mencoba jujur kepada kebenaran
Agar tak cepat berlalu kemesraan ini

1994

Ainun Nadjib, Emha. 1994 (Cet. Ke-1). Abacadabra Kita Ngumpet…. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya bekerjasama dengan Komunitas Pak Kanjeng. Hal. 16—19.


Abacadabra kita tiarap
Karena tak ada janji peluru itu bukan untuk kita
Abacadabra kita ngumpet
Karena kata merdeka masih dalam perdebatan
Abacadabra kita masuk liang-liang gelap
Karena tak ada siapa-siapa yang menjamin apa-apa
Abacadabra kita mabuk
Karena setiap ingatan terlalu menusuk
Tuhan, kamu jangan tertawa

Nyawa kami tak hilang, hanya ketlingsut entah dimana
Dengarkan tetap puja keperkasaan-Mu
Dalam kekaguman kami kepada diri kami sendiri
Yang tetap bisa hidup tanpa hak bicara dan peluang untuk berbagi
Tidakkah kamu terharu menyaksikan kepengecutan kami?
Dan mungkinkah kamu mengutuk rasa takut dalam jiwa kami
Sedangkan ketakutan adalah anugerahmu sendiri?


Abacadabra otak kita bercanggih-canggih mengembara
Berebut tema-tema yang tak ada hubungannya dengan apa-apa
Abacadabra kita berjoget
Karena sisa rahmatmyu yang bisa dinikmati hanyalah situasi lupa

Abacadabra kita meniup-niup balon kosong
Abacadabra kita menggelembungkan takhayul agama dan kesenian
Abacadabra kita bercumbu dengan gincu ilmu omong kosong
Abacadabra jangan sampai kita siuman dari kekosongan
Abacadabra apa yang mengganggu ketentraman? Ialah kebenaran
Abacadabra apa yang merusak tatanan? Ialah keadilan
Abacadabra apa puncak kejahatan? Namanya kebebasan



Ainun Nadjib, Emha. 1994 (Cet. Ke-1). Abacadabra Kita Ngumpet…. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya bekerjasama dengan Komunitas Pak Kanjeng. Hal. 3—4.



Wahai Engkau yang tidak tidur
selalu melihatku apa yang kulakukan
Kau tau aku bersalah selalu Kau beri kesempatan tuk bertaubat
Kau beri aku kenikmatan yang tak henti
Kau berikan aku cinta yang bersemi
Kau beri aku orang-orang yang berhati mulia terhadapku tapi ku tak pernah sadar akan kebesaran-Mu dunia ini indah
Tapi Kau berjanji akan memberi surga bilaku taat kepada-Mu
Banyak kesalahan yang telah kuperbuat
Apakah Kau masih mau menerima taubatku
Pantaskah aku di surga-Mu
Tapi aku takut akan neraka-Mu
Masihkah pantas aku mengakui kau Tuhanku
Padahal aku selalu mendustai-Mu
Bodohnya aku yang tak pernah jujur pada hatiku ini yang jelas selalu memuja-Mu dan menyebut nama-Mu ya Allah Tuhanku
Yang ingat pada-Mu saat menderitaku saja dan melupakan-Mu dikala aku sedang jaya


Inilah Cinta: Terbang tinggi ke langit
Setiap saat mencampakkan ratusan hijab
Pertama kali menyangkal hidup (zuhud),
Pada akhirnya (jiwa) berjalan tanpa kaki (tubuh)
Cinta memandang dunia telah raib
Dan tak mempedulikan yang nampak di mata

Ia memandang jauh ke sebalik dunia bentuk-bentuk
Menembus hakikat segala sesuatu


Apa yang mesti kulakukan o Muslim? Karena aku tak mengenal diriku
Aku bukan Kristian, Yahudi, Majusi dan bukan pula Muslim
Aku tak berasal dari Timur atau Barat, tidak dari darat atau lautan
Aku tidak dari alam, atau angkasa biru yang berputar-putar
Aku tidak dari tanah, air, udara atau api
Tidak dari bintang zuhra atau debu, tidak dari kewujudan dan wujud
Aku tidak berasal dari India, China, Bulgar atau Saqsin
Tidak dari kerajaan Iraq atau Khurasan
Aku tidak berasal dari dunia ini, tidak dari alam akhirat,
Tidak pula dari syurga atau neraka;
Tidak daripada Adam dan Hawa, atau Taman Eden dan Malaikat Ridwan
Tempatku tidak bertempat, jejakku tidak berjejak
Aku bukan milik tubuh dan jiwa, aku milik jiwa Kekasih
Kubuang dualitas, kupandang dua alam satu semata;
Satu sahaja yang kucari, Satu yang kukenal, kulihat dan kuseru
Dia-lah Yang awal dan yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin


Sekarang kulihat kekasih jiwaku,
mutiara segala ciptaan,
terbang ke langit bagaikan roh Mustafa;
Matahari malu melihat wajahnya,
di angkasa cuaca kelam kabut bagaikan hati;
Cahayanya membuat air dan lumpur lebih terang daripada api.
Kataku,
“Mana tangganya untuk tempat naik, tunjukkan! Aku ingin juga terbang ke langit!”
Ia menjawab,
“Tangga tempatmu naik ialah kepalamu, sujudkan kepalamu di bawah telapak kakimu!”
Apabila kau jejakkan kakimu di atas kepalamu, maka kakimu akan mengendarari bintang-bintang!
Apabila kau ingin mengarung angkasa luas, angkatlah kakimu ke langit, mari naik!
Di hadapanmu terbentang seratus jalan menuju langit, setiap subuh kau terbang tinggi ke langit seperti seuntai doa.


Dalam shalat malam,
tatkala matahari terbenam,
jalan panca indera tertutup dan jalan menuju yang Gaib terbuka luas;
Kemudian malaikat penjaga tidur tiba menghalau roh pergi ke langit,
bagaikan penggembala menghalau burung-burung


Dari langit setiap saat wahyu turun ke dalam kalbumu,
“Bagaikan sampah berapa lamakah usia hidupmu di atas bumi? Naiklah!”
Sesiapa yang beban jiwanya berat, pada akhirnya akan menjadi sampah.
"Apabila sampah memenuhi tong, bersihkan!
Janganlah lumpur itu dibuat keruh setiap kali,
Agar air kolammu jernih dan sampah mudah dibuang dan dukamu sembuh"
Demikian roh, bagaikan obor, asapnya lebih tebal dibanding cahayanya.
Apabila gumpalan asap lenyap, cahaya dalam rumah tak akan dipermainkan lagi.
Kau sentiasa bercermin ke dalam air keruh,
Kerana itu bukan bulan ataupun matahari kau lihat
Apabila kegelapan menutup langit, matahari dan bulan tak nampak.
Angin utara bertiup, udara segar.
"Untuk membawa udara segar angin sepoi bertiup pada waktu subuh.
Angin roh bertiup membuat segar dada yang sesak disebabkan derita.
Nafas ringan terhela dan jiwa rasa hampa"
Di bumi roh ialah pengembara asing, negeri tanpa ruang itulah yang ia rindukan,
Mengapa nafsu amarah sentiasa gelisah?
Roh suci, berapa lamakah kau akan mengembara di bumi?
Kau elang raja, terbanglah kembali kepada siul Baginda!


Karena cinta duri menjadi mawar
Karena cinta cuka menjelma anggur segar
Karena cinta pentungan menjadi mahkota penawar
Karena cinta kemalangan menjadi keberuntungan
Karena cinta rumah penjara nampak bagaikan kedai mawar
Karena cinta timbunan debu kelihatan sebagai taman
Karena cinta api berkobar menjadi cahaya menyenangkan
Karena cinta Saytan berubah menjadi bidadari
Karena cinta batu keras menjadi lembut bagaikan mentega
Karena cinta duka menjadi riang gembira
Karena cinta hantu berubah menjadi malaikat
Karena cinta singa tidak menakutkan bagaikan tikus
Karena cinta sakit menjadi sehat
Karena cinta amarah berubah menjadi keramah-tamahan


.. Pencinta punya pelindung dalam pembuluh darahnya,
Pencinta sibuk membicarakan Cinta yang tak dapat dibandingkan.
Kata Akal, “Rukun iman yang lima perkara sudah mencukupi, tiada lagi jalan”
Cinta menjawab, “Ada sebuah jalan, berulang kali aku melaluinya!”
Akal melihat pasar, kemudian mulai berjualan
Cinta melihat ada banyak pasar di sebalik pasar akal.
Banyak al-Hallaj mereka temui di sana, mereka meyakini jiwa cinta
Dan menolak mimbar seraya memilih tiang gantungan
Pencinta yang faqir memiliki penglihatan hati penuh pesona
Orang yang hanga mengandailkan pada akal, hatinya gelap, semua disangkalnya
Akal berkata, “ Janganlah kakimu dijejakkan di situ,
Di halaman istana hanya duri yang tumbuh!”
Cinta berkata, “Duri-duri ini semuanya milik akal yang bersarang dalam dirimu!”
Waspadalah dan diam, buanglah duri kehidupan dari telapak kaki!
Supaya kau mendapat pelindung di dalam dirimu.
Shamsi Tabriz! Kaulah matahari dalam awan kata-kata;
Apabila matahari terbit, maka setiap kata pun sirna!


Bulan puasa telah tiba.
larangan raja mulai berlaku:
jauhkan tanganmu daripada makanan,
hidangan rohani telah disediakan.
Roh telah bebas dari pengasingan dirinya dan menundukkan tangan tabiat jelek;
hati yang sesat telah dikalahkan dan perajurit iman telah sampai.
Bala tentera penidur telah menyerah dan segera ditawan,
dari bara penyulut api jiwa tiba seraya meratap;
Lembu itu begitu molek,
Musa bin Imran muncul;
melaluinya si mati hidup semula apabila badannya telah melaksanakan upacara qurban;
Puasa ialah upacara qurban kita,
yang menghidupi jiwa;
mari kita qurbankan badan kita, kerana jiwa tiba sebagai tamu;
Iman yang teguh ialah awan lembut,
kearifan ialah hujan yang tercurah darinya,
kerana pada bulan iman inilah al-Qur`an diwahyukan.
Apabila nafsu badani dikawal,
roh akan mikraj ke langit;
apabila pintu penjara dirubuhkan maka jiwa akan mencapai pelukan Kekasih.
Hati telah menukar tabir gelapnya dan menggerakkan sayapnya ke angkasa;
Hati, yang menyerupai malaikat, sekali lagi tiba di tengah mereka.
Tangkaplah tali pengikat tubuhnya,
di atas perigi berteriaklah,
“Yusuf dari Kana`an telah tiba!”
Pada waktu `Isa Almasih terjatuh dari keledainya maka do'anya diterima Allah;
Cucilah tanganmu, karena Hidangan langit telah tiba;
Cucilah tangan dan mulutmu,
jangan makan atau bercakap-cakap;
carilah kata dan suapan nasi yang diturunkan untuk dia Si Diam!
Semua ibadah yang dilakukan dengan tulus dan ikhlas oleh seorang pemeluk agama yang teguh merupakan manifestasi daripada cinta.
Demikian pula halnya dengan ibadah puasa.
Sebagai ibadah, puasa pada bulan Ramadhan merupakan bentuk pengurbanan jiwa.
Sememangnya cinta menuntut pengurbanan.
Pengurbanan yang dimaksud ialah pengurbanan jiwa dan hati,
yang hanya diperuntukkan kepada-Nya.


Dengan alunan pilu seruling bambu
Sayu sendu lagunya menusuk kalbu
Sejak ia bercerai dari batang pokok rimbun
Sesaklah hatinya dipenuhi cinta dan kepiluan
Walau dekat tempatnya laguku ini
Tak seorang tahu serta mau mendengar
O kurindu kawan yang mengerti perumpamaan ini
Dan mencampur rohnya dengan rohku
Api cintalah yang membakar diriku
Anggur cintalah yang memberiku cita mengawan
Inginkah kau tahu bagaimana pencinta luka?
Dengar, dengar alunan lagu seruling bambu


BANGUNLAH, Cintaku. Bangun! Kerana jiwaku mengalu-alumu dari dasar laut, dan menawarkan padamu sayap-sayap di atas gelombang yang mengamuk
Bangunlah, kerana sunyi telah menghentikan derap kaki kuda dan langkah para pejalan kaki.
Rasa kantuk telah memeluk roh setiap laki-laki, sementara aku terbangun sendiri, rasa rindu membukakan kertas surat tidurku.
Cinta membawaku dekat denganmu, namun kebimbangan melemparkan diriku menjauh darimu.
Aku telah membuang bukuku, kerana keluhku mengunci kata-kata dan desah nafasku meninggalkan tempat tidurku, Cintaku, kerana takut pada hantu lupa yang berada di balik selimut.
Aku telah membuang bukuku, karena keluhku mengunci kata-kata dan desah nafasku meninggalkan halaman buku yang kosong di depan mataku!
Bangun, bangunlah, Cintaku dan dengar diriku!
Aku mendengarkanmu, Cintaku! Aku mendengar panggilanmu dari lautan lepas dan merasakan lembutnya sentuhan sayapmu. Aku telah jauh dari ranjangku, beranjak ke tanah lapang, hingga embun membasahi kaki dan bajuku. Disinilah aku berdiri, dibawah bunga-bunga pohon badam, memenuhi panggilan jiwamu.
Bicaralah padaku, Cintaku, dan biarkan nafasmu menghirup angin gunung yang datang padaku dari lembah-lembah Lebanon. Bicaralah. Tak ada yang akan mendengar selain diriku. Malam telah melarutkan semua manusia ditempat tidurnya.
Syurga telah menyulam cahaya rembulan dan menghamparkannya ke seluruh daratan Lebanon, Cintaku.
Syurga telah meriasnya dengan bayangan malam, jubah tebal membentang dihembus asap dari cerobong kain, dihembus nafas kemari, dan mengelarnya di telapak kota, Cintaku.
Para penduduk telah pulas menganyam mimpi di ubun-ubunnya di tengah pohon-pohon kenari. Jiwa mereka mempercepatkan langkah mengejar negeri mimpi, Cintaku.
Lelaki-lelaki longlai menggendong emas, dan tebing curam yang akan dilalui melemaskan lutut mereka. Mata mereka mengantuk kerana dililit kesulitan dan ketakutan. Mereka melemparkan tubuh ke tempat tidur sebagai tempat berlindung dari hantu-hantu yang menakutkan dan mengerikan, Cintaku.
Hantu-hantu dari masa lalu berkeliaran di lembah-lembah. Jiwa para raja  melintasi bukit-bukit. Pikiranku yang berhias kenangan menyingkap kekuatan bangsa Chaldea, kemegahan Arab.
Di lorong-lorong gelap, jiwa-jiwa pencuri yang tegap berjalan, muncung-muncung nafsu ular berbisa muncul dari celah-celah benteng, dan rasa sakit berdengung kematian, muntah-muntah sepanjang jalan. Kenangan menyingkap tabir kelupaan dari mataku dan nampaklah Sodom yang menjijikkan, serta dosa-dosa Gomorah.
Ranting-ranting berayun-ayun, Cintaku, dan desirnya bertemu dengan alunan anak sungai di lembah. Syair-syair Sulaiman, nada kecapi Daud dan lagu Ishak Al-Mausaili terngiang-ngiang di telinga kami.
Jiwa anak-anak yang lapar di penginapan menggelupur, ibunya mengeluh di atas kamar kesedihan, dan kekecewaan telah jatuh dari langit. Mimpi-mimpi kebimbangan melanda hati yang lemah. Aku mendengar rintihan pahitnya.
Semerbak bunga melambai seiring nafas pohon-pohon cedar. Terbawa angin sepoi-sepoi menuju perbukitan, harum itu mengisi jiwa dengan kasih sayang dan meniupkan kerinduan untuk terbang.
Tetapi racun dari rawa-rawa jug berkelana mengepul bersama penyakit. Seperti panah rahasia yang tajam, racun itu telah menembusi perasaan dan meracuni udara.
Tanpa kusedari matahari telah mengilaukan cahaya pagi, Cintaku, dan jari-jari timur yang lentik menimang mata-mata orang yang terlelap. Cahaya itu memaksa mereka untuk membuka daun jendela dan menyelak hati dan kemenangan. Desa-desa, yang sedang tertidur dalam damai dan tenang di pundak-pundak lembah, bangun, lonceng-lonceng berdenting memenuhi angkasa sebagai panggilan untuk mula berdoa. Dan dari gua-gua, gema-gema juga berdengung, seolah-olah seluruh alam sedang berdoa bersama-sama dengan khusyuknya. Anak-anak sapi telah keluar dari kandangnya, biri-biri dan kambing meninggalkan bangsalnya untuk menuai rumput yang berembun dan berkilatan cahaya. Penggembalanya mengikuti dari belakang sambil mengamatinya di balik lelalang. Di belakangnya lagi gadis-gadis bernyanyi seperti burung menyambut pagi.
Kini tangan siang hari yang perkasa terbaring di atas kota. Tirai telah diselak dari jendela dan pintu pun terbuka. Mata yang penat dan wajah lesu para penjahit telah siap di tempat kerjanya. Mereka merasakan kematian telah melanggar batas kehidupan mereka, dan riak muka yang layu mempamerkan ketakutan dan kekecewaan. Di jalanan padat dengan jiwa-jiwa yang tamak dan tergesa-gesa, dan di mana-mana terdengar desingan besi, pusingan roda dan siulan angin. Kota telah menjadi arena pertempuran di mana yang kuat menindas yang lemah dan si kaya mengeksploitasi dan menguasai si miskin.
Betapa indah hidup ini, Cintaku, seperti hati penyair yang penuh dengan cahaya dan kelembutan hati.
Dan betapa kerasnya hidup ini, Cintaku, seperti dada penjahat, yang berdebar-debar kerana selalu merasa bimbang dan takut.


Pantai yang perkasa adalah kekasihku,
Dan aku adalah kekasihnya,
Akhirnya kami dipertautkan oleh cinta,
Namun kemudian Bulan menjarakkan aku darinya.
Kupergi padanya dengan cepat
Lalu berpisah dengan berat hati
Membisikkan selamat tinggal berulang kali
Aku segera bergerak diam-diam
Dari balik kebiruan cakerawala
Untuk mengayunkan sinar keperakan buihku
Ke pangkuan keemasan pasirnya
Dan kami berpadu dalam adunan terindah
Aku lepaskan kehausannya
Dan nafasku memenuhi segenap relung hatinya
Dia melembutkankan suaraku dan mereda gelora di dada
Kala fajar tiba, kuucapkan prinsip cinta
di telinganya, dan dia memelukku penuh damba
Di terik siang kunyanyikan dia lagu harapan
Diiringi kucupan-kucupan kasih sayang
Gerakku pantas diwarnai kebimbangan
Sedangkan dia tetap sabar dan tenang
Dadanya yang bidang meneduhkan kegelisahan
Kala air pasang kami saling memeluk
Kala surut aku berlutut menjamah kakinya
Memanjatkan doa
Seribu sayang, aku selalu berjaga sendiri
Menyusut kekuatanku
Tetapi aku pemuja cinta,
Dan kebenaran cinta itu sendiri perkasa
Mungkin kelelahan akan menimpaku,
Namun tiada aku bakal binasa

Engkau dibisiki bahwa hidup adalah kegelapan
Dan dengan penuh ketakutan
Engkau sebarkan apa yang telah dituturkan padamu
penuh kebimbangan
Kuwartakan padamu bahawa hidup
adalah kegelapan
jika tidak diselimuti oleh kehendak


Dan segala kehendak akan buta bila tidak diselimuti pengetahuan
Dan segala macam pengetahuan akan kosong
bila tidak diiringi kerja
Dan segala kerja hanyalah kehampaan
kecuali disertai cinta
Maka bila engkau bekerja dengan cinta
Engkau sesungguhnya tengah
menambatkan dirimu
Dengan wujudnya kamu, wujud manusia lain
Dan wujud Tuhan.


Wahai Langit
Tanyakan pada-Nya
Mengapa dia menciptakan sekeping hati ini..
Begitu rapuh dan mudah terluka..
Saat dihadapkan dengan duri-duri cinta
Begitu kuat dan kokoh
Saat berselimut cinta dan asa..

Mengapa dia menciptakan rasa sayang dan rindu
Di dalam hati ini..
Mengisi kekosongan di dalamnya
Menyisakan kegelisahan akan sosok sang kekasih
Menimbulkan segudang tanya
Menghimpun berjuta asa
Memberikan semangat..
juga meninggalkan kepedihan yang tak terkira

Mengapa dia menciptakan kegelisahan dalam relung jiwa
Menghimpit bayangan
Menyesakkan dada..
ak berdaya melawan gejolak yang menerpa…

Wahai ilalang…
Pernahkah kau merasakan rasa yang begitu menyiksa ini
Mengapa kau hanya diam
Katakan padaku
Sebuah kata yang bisa meredam gejolak hati ini..
Sesuatu yang dibutuhkan raga ini..
Sebagai pengobat tuk rasa sakit yang tak terkendali
Desiran angin membuat berisik dirimu
Seolah ada sesuatu yang kau ucapkan padaku
Aku tak tahu apa maksudmu
Hanya menduga..
Bisikanmu mengatakan ada seseorang di balik bukit sana
Menunggumu dengan setia..
Menghargai apa arti cinta…
Hati yang terjatuh dan terluka
Merobek malam menoreh seribu duka
Kukepakkan sayap-sayap patahku
Mengikuti hembusan angin yang berlalu
Menancapkan rindu….
Di sudut hati yang beku…
Dia retak, hancur bagai serpihan cermin
berserakan ….
Sebelum hilang diterpa angin…

Sambil terduduk lemah….
Kucoba kembali mengais sisa hati
Bercampur baur dengan debu
Ingin kurengkuh…
Kugapai kepingan di sudut hati…
Hanya bayangan yang kudapat….
Ia menghilang saat mentari turun dari peraduannya

Tak sanggup kukepakkan kembali sayap ini
Ia telah patah..
Tertusuk duri-duri yang tajam….
Hanya bisa meratap….
Meringis..
Mencoba menggapai sebuah pegangan..

Copyright 2010 anti trust
Lunax Free Premium Blogger™ template by Introblogger